[Freelance] New Destiny Chapter 1

Title : New Destiny | Author : danarizf| Genre :  Fantasy –  Romance | Rating : Teen | Main Cast : L [Infinite] as Kim Myungsoo, Suzy [Miss A] as Bae Suzy | Support Cast : Hoya [Infinite] as Putra Mahkota Lee Howon, Krystal [F(x)] as Jung Krystal (2015) / Putri Mahkota Jung Soojung (Joseon), Jiyeon [T-Ara] as Park Jiyeon, Irene [Red Velvet] as Bae Joohyun, Minho [SHINee] as  Choi Minho

 

….

 

Joseon, 1365

Seorang Dayang Istana berlari-lari di koridor dengan penuh kepanikan. Langkahnya terhenti di depan sebuah paviliun yang cukup besar dengan kolam ikan di depannya. Ia kemudian membisikkan sesuatu kepada Kasim tua yang ada di sana membuat mata kasim itu membelalak karena terkejut.

Detik itu juga si Kasim segera melangkahkan kakinya untuk menemui si pemilik paviliun. “Choha, ini saya Kasim Hong,” seru Kasim Hong di depan pintu.

“Masuklah.”

Setelah dipersilahkan masuk, Kasim Hong segera memasuki ruangan paviliun.

Kini di hadapannya tengah duduk seorang pemuda tampan dengan hanbok putihnya, bersiap untuk tidur.

“Ada apa, Kasim Hong?” tanya pemuda itu.

Kasim Hong tampak ragu. Namun Ia harus segera memberitahukan berita buruk ini pada Putra Mahkota. “Choha, berita ini datang dari kediaman Putri Mahkota,” ucap Kasim Hong sambil menundukkan kepalanya takut-takut.

“Berita apa?”

“Putri Mahkota… beliau menghilang.”

Ucapan Kasim Hong sontak membuat Putra Mahkota tercengang.  Putri Mahkota menghilang? Tidak. Ia tidak mempercayai hal itu. Mana mungkin Putri Mahkota-nya menghilang? Lelucon macam apa ini?

Lee Howon, sang Putra Mahkota menatap Kasim Hong dengan tajam. “Jangan bercanda Kasim Hong! Kau bisa dihukum mati jika melakukan kebohongan apalagi memberitakan berita yang tidak benar mengenai keluarga kerajaan!” kata Howon.

Jwesonghamnida, Choha. Tapi apa yang saya sampaikan adalah benar. Mohon maafkan saya, Yang Mulia. Saya pantas mati.”

Howon tahu, Kasim-nya tak mungkin berbohong. Ia sudah hidup bersama Kasim Hong sejak Ia masih kecil dan tak pernah sekalipun Kasim Hong menipunya. Menjahilinya saja tak berani apalagi sampai membohonginya.

Sejurus kemudian Howon beranjak dari duduknya dan segera melangkahkan kakinya keluar dari kediamannya diikuti Kasim Hong di belakangnya.

“Aku akan melihat sendiri kebenarannya,” gumam Howon walaupun tak dapat dipungkiri ada sebersit perasaan khawatir menyelimuti hatinya.

….

Hati Howon mencelos melihat kediaman Putri Mahkota yang kosong melompong. Hanya ada beberapa dayang istana yang nampak takut akan terkena marah Putra Mahkota.

Wangseja,” panggil seseorang dari belakangnya.

Howon tahu suara siapa itu. Suara Ibu Suri Park, neneknya. Howon mendesah dalam hati mengapa neneknya itu harus datang saat ini. Entah mengapa Ia selalu merasa tidak nyaman setiap berada di sekitar neneknya.

“Aku tahu perasaanmu saat ini. Tapi kau harus kembali ke kediamanmu. Bagaimanapun juga ini sudah begitu larut untuk berkeliaran di istana, Wangseja.”

Senyum sinis tersungging di bibir Howon. Ia kemudian berbalik menghadap Ibu Suri Park. “Berkeliaran? Bagaimana kau bisa menyebutku berkeliaran padahal kenyataannya aku sedang mencaritahu apa yang sebenarnya terjadi pada Putri Mahkota. Istriku menghilang dan kau menyuruhku untuk beristirahat dengan tenang? Aku bukan orang seperti itu, Nenek!”

Selagi Howon meluapkan kekesalannya, Ibu Suri Park hanya tersenyum miring. Seperti yang Ia duga selama ini, cucunya itu begitu menyukai istrinya.

“Tapi tetap saja kau harus kembali ke kediamanmu. Kau adalah Putra Mahkota Negeri ini yang akan menjadi Raja selanjutnya. Bagaimana bisa kau melanggar aturan Istana seperti ini? Kau harusnya memberi contoh yang baik, Wangseja,” ucap Ibu Suri Park.

Howon menggeram. Dengan kesal Ia berbalik dan melangkah kembali ke kediamannya.

….

Kim Myungsoo menatap bingung keadaan di kediaman Putra Mahkota. Howon tak ada bahkan Kasim Hong juga tidak disana. Ia kemudian melangkahkan kakinya mencari keberadaan Putra Mahkota.

Tepat seperti dugaannya. Howon baru saja keluar dari kediaman Putri Mahkota.

Myungsoo tersenyum tipis mendapati sahabat sekaligus orang yang dilayaninya itu begitu mencintai istrinya hingga pagi-pagi begini Howon sudah menampakkan batang hidungnya di sekitar kediaman Putri Mahkota.

Namun perlahan senyum di bibir Myungsoo memudar. Ia mengerutkan keningnya ketika tak sengaja melihat ekspresi Howon yang tak seceria biasanya. Wajah itu nampak gelisah, khawatir, bingung, dan juga sedih. Bertolak sekali dengan cuaca hari ini yang terlihat sangat cerah. Myungsoo tahu ada sesuatu yang tidak beres selama Ia tak berada di istana. Tapi apa?

Choha,” panggil Myungsoo, lalu membungkukkan badannya pada Putra Mahkota yang menoleh ke arahnya.

Howon tersenyum tipis – sangat tipis – melihat sahabatnya muncul di hadapannya. “Myungsoo-ya, kebetulan sekali kau datang. Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu. Ikut aku!” perintahnya.

Myungsoo menundukkan kepalanya seraya berkata, “algesseumnida.” Ia kemudian melangkahkan kakinya mengikuti Howon di belakangnya, menuju kediaman Putra Mahkota.

….

Myungsoo membelalakkan matanya mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut Putra Mahkota. “Putri Mahkota menghilang?”

Howon hanya dapat mengangguk lesu. Ingin sekali Ia mengucapkan kata ‘aku hanya bercanda’, menertawai ekspresi terkejut Myungsoo juga berharap Putri Mahkotanya benar-benar tak menghilang dan sekarang tengah menyulam di kediamannya. Tapi itu tak mungkin terjadi, kecuali ini hanya mimpi.

“Kenapa Putri Mahkota bisa menghilang?” tanya Myungsoo.

Manik mata Howon menatap Myungsoo, lalu menghela nafas panjang. “Itu yang ingin kutanyakan. Tak ada yang tahu mengapa Putri Mahkota bisa menghilang dan dimana keberadaannya sekarang,” kata Howon sambil berhenti sejenak, “apa mungkin Ia pergi karena tak ingin menjadi istriku?”

“Jangan berkata seperti itu, Choha. Putri Mahkota tak mungkin menolak menjadi istri Anda. Anda mencintai Putri Mahkota, bahkan meminta secara khusus pada Yang Mulia Raja untuk menikahinya. Mengapa Putri Mahkota harus menyia-nyiakan ketulusan hati Anda, Choha?”

Howon mendesah pelan. “Bukan itu yang kumaksud. Mungkinkah Ia pergi karena merasa tak sanggup menghadapi kekejaman negeri ini? Bagaimanapun juga banyak sekali pihak yang tak menginginkannya menikah denganku saat itu.”

Bingung. Myungsoo tak tahu harus bagaimana menanggapi curahan hati Howon karena Ia tahu apa yang dikatakan Putra Mahkota-nya itu benar. Banyak pihak yang menentang pernikahan Putra Mahkota saat itu, karena Ia hanya ingin menikah dengan putri keluarga Jung yang bukanlah bagian dari klan mereka.

“Apa Anda ingin saya mencaritahu keberadaan Putri Mahkota, Choha?” tanya Myungsoo.

Howon mendongak, lalu menatap Myungsoo penuh harap. “Bisakah?”

Myungsoo tersenyum seraya menjawab, “ne, geuresseumnida.”

“Myungsoo-ya, kau memang sahabat terbaikku. Harusnya aku tak memberimu tugas sulit begini padahal kau baru saja kembali setelah peringatan kematian Ibumu. Maafkan aku.” Sesal Howon.

“Jangan berkata seperti itu, Choha. Bagaimanapun ini adalah tugas saya untuk terus melayani Anda.”

Senyum terukir di bibir Howon. “Myungsoo-ya, terima kasih.”

Ne, Choha.”

….

Seoul, 2015

Jari-jari lentik itu dengan lincah memainkan alat musik tradisional Korea yang bernama gayageum, membuat alunan melodi indah terlantun di setiap petikannya. Gadis cantik dengan rambut panjang bergelombang yang di ikat satu di belakang itu terus menggerakkan jemarinya.

“Suzy-ah!”

Gadis itu menoleh karena seseorang memanggilnya. Rupanya yang memanggilnya adalah gurunya, Jung Yoonshik. Beliau adalah seorang pemain gayageum.

Ne, Saem. Ada apa?” tanya Suzy setelah menghentikan permainannya.

Yoonshik tersenyum. Ia kemudian beranjak duduk di hadapan Suzy. “Krystal bilang kemarin adalah peringatan kematian Ibumu. Maaf, aku tak bisa datang karena aku ada keperluan di luar kota kemarin.”

Suzy mengibaskan tangannya sambil tersenyum lebar. “Eii.. gwaenchanha, Saem. Aku tahu kalau Guru sibuk. Lagipula acaranya tidak besar,” kata Suzy.

Appa! Ada Pos!”

Yoonshik dan Suzy sontak menoleh ke arah pintu depan. Dilihatnya seorang gadis cantik dengan rambut hitam lurus masuk ke rumah sambil menenteng beberapa amplop surat. Ia kemudian mengulurkan sebuah amplop surat pada Yoonshik.

Igeo.. surat untuk Appa,” kata Krystal sambil menyerahkan suratnya sebelum beranjak duduk di samping Suzy. Gadis itu mulai membuka amplop surat yang lain satu-persatu. “Mwoya… tak ada yang penting. Bahkan ada surat berisi brosur sauna. Heish,” gerutunya.

Suzy hanya terkekeh pelan.

“Suzy-ah,” panggil Yoonshik membuat kedua gadis sepantaran di hadapannya itu menoleh. Yoonshik tersenyum sembari berkata, “ada berita bagus. Ketua Cha yang mengadakan Joseon’s Festival bilang pemain gayageum-nya tiba-tiba berhalangan untuk tampil karena adiknya akan menikah. Beliau memintaku untuk mencarikan penggantinya. Dan aku ingin kau yang menggantikannya.”

Pupil Suzy melebar mendengar berita yang disampaikan gurunya. Bagaimana Ia bisa percaya? Ia, Suzy, akan menjadi pemain gayageum di acara besar seperti Joseon’s Festival! Dan lagi gurunya memilihnya secara khusus.

Jinjjayo, Saem?”

Yoonshik mengangguk. “Aku sebenarnya sudah diberitahu oleh temanku dari kemarin, tapi aku masih tak percaya saat itu karena bukan Ketua Cha sendiri yang memintanya,” katanya, “dan ternyata surat ini berisi undangan untukku sekaligus permintaannya untuk mencarikan pemain penggantinya,” jelas Yoonshik meyakinkan Suzy.

“Tapi.. apa Guru yakin memilihku?” tanya Suzy ragu.

Krystal yang sedaritadi hanya diam menyimak pembicaran kedua orang itu kini berdecak kesal mendengar pertanyaan Suzy yang sarat akan keraguan. “Tentu saja Appa akan memilihmu. Siapa lagi? Aku? Tak mungkin. Kau adalah murid terbaik yang pernah Appa-ku ajari. Aku bahkan bisa mengetahuinya hanya dengan melihat kau latihan. Jangan meragukan dirimu begitu!” katanya.

Suzy tersenyum lebar. “Geure? Wah.. harabeoji pasti senang.”

Eoh. Segera beritahukan pada Kakekmu.”

Ne.”

….

Suzy mampir ke sebuah toko kue. Ia kemudian memasuki toko tersebut dengan langkah ringan. Sedaritadi senyum terus tersungging di bibirnya. Ia terlalu senang karena  akan tampil di Joseon’s Festival, yaitu festival seperti yang sering diadakan pada masa Dinasti Joseon dulu. Hanya saja festival saat ini lebih modern. Adapun pada hari pertama festival sebuah pentas dengan para pemain musik tradisional lengkap dengan para penarinya. Pengunjung yang datang pun harus memakai hanbok karena festival ini memang mengusung tema tradisional.

Sebenarnya yang membuatnya senang adalah Kakeknya. Ya. Selama ini Ia selalu bermain gayageum dengan baik tapi sama sekali tak pernah tampil. Padahal Kakeknya dulu menyabet banyak sekali penghargaan. Dan ini adalah saatnya membuktikan pada Kakeknya kalau Ia ini memang mempunyai bakat seni seperti keluarga Bae yang lain.

“Aku ambil yang ini, ini, dan ini. Masing-masing tiga ya,” kata Suzy pada pelayan toko setelah menunjuk cupcake yang dipilihnya.

Sambil menunggu pesanannya dibungkus, mata Suzy tak henti mengamati setiap sudut toko kue itu, bahkan mengamati pengunjung-pengunjungnya.

“Ini,”  kata Suzy sambil memberikan beberapa lembar uangnya setelah pelayan toko selesai membungkus pesanannya. Ia kemudian beranjak keluar dari toko masih dengan senyum yang melekat di bibirnya.

….

“Aku pulang!” teriak Suzy sambil melepas sepatunya.

Rumahnya terlihat sepi padahal hari sudah sore. Biasanya Kakek Suzy selalu ada di rumah pada jam-jam seperti ini. Tapi kemana Kakek?

“Kakek!” panggil Suzy, “kemana dia?” lanjutnya.

Karena tak ada sahutan, Ia pun segera naik ke kamarnya setelah menaruh satu kardus cupcake di meja makan.

….

Suzy mengerjapkan matanya berkali-kali. Tubuhnya bergerak-gerak untuk meregangkan ototnya yang terasa kaku. Sepertinya Ia tertidur setelah mandi tadi. Dilihatnya jendela kamar yang tak tertutup gorden. Bahkan langit sudah petang.

“Eungh.. jam berapa ini? Apa Kakek sudah pulang? Hoahm…” ujar Suzy.

Ia kemudian beranjak dari tidurnya. Setelah memastikan rambutnya tidak seperti rambut singa, Suzy pun keluar dari kamarnya dan segera mencari keberadaan Kakeknya. Tentu saja untuk memberitahukan berita baik yang didapatnya hari ini.

Harabeoji!” panggilnya.

Suzy kembali melangkahkan kakinya ke ruang tengah. Benar saja. Kakeknya kini tengah menonton televisi sambil melahap cupcake yang tadi dibelinya, bersama seorang pemuda- eh? Pemuda?

Kening Suzy berkerut samar melihat pemuda di samping Kakeknya. Tak biasanya Kakek mengundang orang untuk bertamu.

Harabeoji!” panggil Suzy seraya menghampiri Kakeknya.

Kali ini Kakek Suzy menengokkan kepalanya. Tak hanya Kakek sebenarnya karena pemuda di sampingnya juga ikut menoleh ke arah Suzy.

“Suzy-ah, kau sudah bangun? Tadi Kakek ke kamarmu tapi kau masih tidur,” kata Kakek seraya melahap kembali cupcake-nya.  Ia kemudian menggerakkan tangannya seolah menyuruh Suzy untuk mendekat. “Kemarilah, menonton TV bersama Kakek!” ajak Kakek

Suzy hanya menuruti Kakeknya. Sesekali matanya melirik pemuda yang ada di samping Kakeknya.

Menyadari mata Suzy yang terus melirik pemuda disampingnya membuat Kakek Suzy tersenyum. Ia kemudian menghadap Suzy dan menariknya untuk berdiri.

Mwoya? Harabeoji, waeyo? Tadi menyuruhku duduk, sekarang berdiri?” protes Suzy yang kini berjalan terseok-seok karena lengannya yang terus ditarik Kakeknya.

“MINHO-YA! TUNGGU DISANA SEBENTAR YA!” teriak Kakek Suzy pada pemuda tadi membuat Suzy memutar kedua bola matanya.

Rupanya Kakek membawa Suzy ke dapur karena letaknya yang agak jauh dari ruang tengah. Suzy memanyunkan bibirnya karena ditarik dengan paksa oleh Kakek tadi. Ia kemudian menatap sebal ke arah Kakek.

Mwo? Jangan melihat Kakek seperti itu!”

Suzy semakin mengerucutkan bibirnya. “Sebenarnya ada apa, Kek?”

“Ehem,” Kakek Suzy berdehem sebentar sebelum menjawab, “kau lihat pemuda tadi kan? Namanya Choi Minho. Dia satu-satunya cucu laki-laki di keluarga Choi. Usianya terpaut tiga tahun denganmu.”

Desisan pelan keluar dari bibir Suzy. Padahal kan Ia ingin menyampaikan berita bagus tadi, kenapa Kakeknya malah membicarakan orang lain?

Harabeoji, kenapa malah membicarakan orang itu?” protes Suzy, “ah tunggu! Sebelum Kakek melanjutkan, aku ingin memberitahukan sesuatu dulu pada Kakek.”

Mwo?”

Kedua sudut bibir Suzy tertarik membentuk senyuman. Sebenarnya Suzy sudah menahan mati-matian agar tidak tersenyum terlalu lebar, tapi Ia terlalu senang. “Jung Saem bilang aku akan tampil di acara Joseon’s Festival. Hebat kan?”

Geure? Bagus kalau begitu. Tapi hal yang ingin kubicarakan ini benar-benar berita bagus. Lebih bagus dari beritamu,” balas Kakek. “Seperti yang kau tau tadi, namanya adalah Choi Minho. Cucu keluarga-”

“Cucu keluarga Choi dan usianya terpaut tiga tahun denganku,” potong Suzy, “Kakek sudah bilang itu tadi. Sebenarnya ada apa?” tanya Suzy benar-benar tak sabar.

Persis seperti tingkah Suzy tadi, Kakek berusaha menahan senyumnya agar tak terlalu lebar namun sulit. “Jadi, berita bagus yang akan kusampaikan adalah kau akan menikah bersama Choi Minho.”

Mata Suzy membulat, “apa?”

“Apanya yang apa? Kau akan menikah.”

Suzy menatap Kakeknya. “Harabeoji, apa maksudmu dengan aku akan menikah? Aku masih muda kenapa aku harus menikah? Aku juga masih kuliah. Lagipula aku tak mengenal Choi Choi itu!”

“Pokoknya kau akan menikah dengannya! Titik. Tak ada penolakan!”

Setelah itu Kakek langsung beranjak meninggalkan Suzy dan menghampiri Minho sedangkan Suzy hanya dapat menggigit bibir bawahnya menahan kesal. Ia kemudian beranjak kembali ke kamar dan membanting pintunya dengan keras.

HARABEOJI MENYEBALKAN!!!!”

….

TBC

….

Ini part 1nya. Maaf kalo masih banyak kekurangannya mohon dimaklumi soalnya saya msh amatir. Buat yg udah RCL di part sebelumnya makasih yaa… semoga trs nungguin part2 selanjutnya. Yg mau bc cerita saya yg lain bs di wattpad saya (danarizf) *buat yg mau aja*

Jangan lupa RCL yaa 🙂

86 responses to “[Freelance] New Destiny Chapter 1

  1. Ini ceritanya ada 2 dunia gitu yaaa?
    Suzy bakalan menikah sma minho? Kok bisa?
    Oke next chapter aja dehh
    Semangat nulisnya authorrrr 😀

  2. Woah, era joseon. Neomu johayo xD Bagaimana nanti suzy dan myungsoo bertemu ya? Penasaran.. Kkkk~

Leave a reply to Rita Cancel reply