The Memories Chapter 2

the-memories-dindareginaa-jalilfunnyart-hsg

© High School Graphics by: jalilfunny

Title : The Memories  | Author : dindareginaa | Genre : Angst, Married Life, Romance | Rating : PG-15| Main Cast : Bae Suzy, Kim Myungsoo | Other Cast : Find by yourself!

“Kau… siapa?”

Jujur saja, begitu Myungsoo mendengar pertanyaan yang Sooji lontarkan itu, ia ingin segera tertawa. Sooji tak mengenalnya? Yang benar saja!

Ya! Bae Sooji! Kau bercanda? Dia itu Kim Myungsoo! Suamimu!” jelas Soojung.

Kerutan di kening Sooji tak kunjung menghilang. “Suami?”

“Nona Sooji mengalami Disosiatif Amnesia. Biasanya pasien dengan penyakit seperti ini bisa mengingat kejadian di masa lalu tapi tidak mengingat hal-hal yang baru dialaminya. Dia mengalami trauma atas kecelakaan bersama dengan Anda, maka dari itu ia tidak bisa mengingat siapa diri Anda bahkan kenangan-kenangan yang telah kalian bangun sebelumnya.”

Kim Myungsoo mengepalkan kedua tangannya begitu mengingat apa yang baru saja Dokter jelaskan mengenai keadaan Sooji. Gadis itu kehilangan memorinya karena menghilangkan kenangan buruk saat kecelakaan bersama dengan Myungsoo. Berarti bukankah secara tidak langsung Sooji mengalami amnesia karena dirinya?

“Myungsoo-ya, apa kata dokter tentang Sooji?”

Myungsoo mengangkat kepalanya. Ia tersenyum lirih mendapatkan Ibu dan Ayah Sooji kini sudah berada dihadapannya. “Sooji… Dokter bilang, dia tidak akan bisa mengingatku.” Myungsoo terdiam beberapa saat sebelum akhirnya melanjutkan. “Ayah dan ibu tahu apa yang lebih buruk lagi? Aku yang menyebabkannya seperti itu.”

“Jadi kau akan menikah dengan Kang Minhyuk?” tanya Sooji tak percaya begitu mendengar cerita Soojung.

Soojung mengangguk pasti seraya memberikan apel yang baru saja dikupasnya pada Sooji. “Kira-kira 6 bulan ini.”

“Wah, aku tidak percaya! Bukankah dari dulu kalian tidak pernah akur? Kenapa tiba-tiba memutuskan untuk berkencan?”

“Aku juga tidak tahu akhirnya akan begini. Ternyata selama ini Kang Minhyuk mengangguku hanya untuk mendapatkan perhatianku.”

Sooji sontak tertawa mendengar cerita Soojung dan juga Minhyuk. Minhyuk adalah musuh Soojung sejak SMA. Siapa sangka gadis itu akan jatuh ke pelukan Minhyuk? Tawa Sooji sontak terhenti begitu pintu ruangan VIP itu dibuka.  Sooji tertegun melihat sosok seorang lelaki dari balik pintu tersebut. Ah, bukankah lelaki itu adalah lelaki yang mengaku menjadi suaminya beberapa saat yang lalu?

“Myungsoo-ya, mendekatlah,” suruh Soojung.

Lelaki yang dipanggil Myungsoo itu sontak medekat kearah mereka.

“Sooji-ah, ini Kim Myungsoo, suamimu. Kalian sudah menikah selama dua tahun. Kalian belum memiliki anak. Walaupun begitu, itu tidak mengurangi cinta diantara kalian.”

Rasanya canggung sekali ketika kau membuka matamu dan kau harus menghadapi bahwa kau sudah menikah dengan lelaki yang bahkan tak pernah kau lihat sebelumnya. Sooji bisa melihat dengan jelas bahwa lelaki itu juga merasakan hal yang sama.

“Kalau begitu, kalian kutinggal dulu. Kurasa kalian membutuhkan waktu untuk berkomunikasi,” pamit Soojung. Gadis itu lalu segera meninggalkan keduanya diruangan tersebut.

Sial, Jung Soojung! Kenapa kau malah membiarkannya terjebak dengan lelaki asing ini?

“Ah… Emm…” Sekarang apa yang harus ia katakan? Sooji menggaruk tengkuknya yang tak gatal, memikirkan bagaimana cara agar ia tak perlu berada dalam situasi canggung ini. “Ah, sebaiknya aku tidur. Aku mengantuk sekali,” ujar Sooji. Gadis itu bergegas menarik selimutnya dan memejamkan matanya.

Myungsoo tersenyum lirih. Jadi begini rasanya begitu asing oleh istrimu sendiri? Sooji masih sempat mendengar ucapan Myungsoo sebelum ia benar-benar tertidur. “Aku pasti bisa membuatmu mencintaiku kembali.”

“Ibu…”

Nyonya Bae tersenyum begitu Sooji memanggilnya. Gadis paruh baya itu membelai rambut Sooji lembut. “Ada apa?”

“Bagaimana aku bisa menikah dengan lelaki itu?”

Nyonya Bae mengerutkan keningnya. “Maksudmu Kim Myungsoo?”

Sooji sontak mengangguk.

“Kalian berdua saling mencintai, maka dari itu kalian memutuskan untuk menikah.”

“Lalu bagaimana dengan Choi Minho? Bukankah aku hampir saja menikah dengannya?”

Mendengar nama Minho disebut, Nyonya Bae sontak terdiam. Ya, Sooji memang sempat bertunangan dengan lelaki bernama Minho itu, tapi sebulan sebelum pernikahan mereka, Sooji memergoki Minho sedang bermesraan dengan sekretarisnya di apartment pribadinya. Barulah Sooji tahu bahwa Minho selama ini mendekatinya hanya karena ingin menguasai harta orang tua Sooji. Menikahi putri tunggal dari pemilik Bae Group tentu saja akan membuatnya kejatuhan durian runtuh. Setelah menghabiskan waktu selama kurang lebih setahun untuk patah hati, Sooji akhirnya bertemu dengan Myungsoo dan jatuh cinta.

“Ibu…”

Lamunan Nyonya Bae buyar seketika begitu Sooji memanggil namanya. “Jangan sebut nama lelaki itu. Kau bahkan meminta ibu untuk tidak mengungkitnya lagi.”

Sooji hanya terdiam mendengarkan perkataan ibunya. Entah mengapa ia tak puas dengan jawaban wanita itu.

Jam baru menunjukkan pukul tujuh pagi dan Soojung sudah berada dirumah sakit sekarang. Ia sempat sedikit bingung begitu mendapati telepon Sooji pagi-pagi tadi.

“Kenapa kau malah meneleponku? Kenapa tidak menelepon Kim Myungsoo saja?” tanya Soojung begitu ia melihat kini Sooji sedang sibuk memasukkan pakaian-pakaiannya kedalam tas. Jujur saja, Soojung senang Sooji meminta bantuannya. Tapi, bukankah sudah tugas Myungsoo untuk mengurus kepulangan Sooji dari rumah sakit?

 “Aku tidak bisa melakukannya. Aku tidak ingin merepotkannya. Lagi pula, aku juga tidak bisa menelepon kedua orang tuaku karena aku tahu mereka akan memarahiku kalau tahu aku meminta bantuan mereka,” Sooji berusaha membela dirinya.

Soojung menarik nafasnya panjang. “Bae Sooji, dia itu suamimu. Sudah kewajibannya untuk direpotkan olehmu. Belajarlah untuk menerima keadaan. Aku mengerti bahwa kau mungkin masih merasa bingung dengan apa yang kau hadapi sekarang. Tapi, berikan kesempatan untuk Myungsoo.”

Tiba-tiba saja, pintu kamar inap Sooji terbuka dan Sooji dan Soojung bisa melihat Myungsoo menatap tajam kearah keduanya.

“Sepertinya aku harus pergi,” pamit Soojung. Namun begitu ia berjalan melewati Myungsoo, Sooji masih bisa mendengar bisikan gadis itu. “Aku sudah mencoba untuk menolaknya. Oke?”

Setelah Soojung menutup pintu – memberi privasi untuk kedunya – Myungsoo menghela. Ia lalu berjalan kearah gadis itu, membantu Sooji memasukkan pakaian-pakaiannya kedalam tas tanpa banyak bicara.

“Maaf.”

Gerakan tangan Myungsoo sontak terhenti. “Tidak apa. Aku mengerti. Kau masih butuh waktu untuk memikirkan semuanya,” ujar Myungsoo seraya melanjutkan pekerjaannya. “Sekarang, ayo kita pulang,” Myungsoo tersenyum hangat seraya mengulurkan tangannya.

Sooji terdiam. Ia menatap tangan Myungsoo. Tersadar akan hal itu, Myungsoo memasukkan tangannya kedalam saku celana. “Ayo.”

“1010.”

Sooji tertegun. Bahkan password apartment mereka saja menggunakan tanggal lahirnya. Sepertinya laki-laki sangat menyayangi Sooji. Sedangkan Sooji? Ia bahkan tidak tahu apa yang menyebabkan dirinya setuju untuk menikahi Myungsoo.

“Silahkan masuk,” Myungsoo membuka pintu dan mempersilahkan Sooji masuk.

Sooji mengangguk. Ia kemudian melangkahkan kakinya perlahan. Ternyata walaupun usia Myungsoo masih tergolong muda – yang ia tahu ternyata dua tahun lebih tua darinya – ia sudah bisa memiliki apartment pribadi yang cukup besar. Perabotannya jga tergolong lengkap.

Tepat di ruang tamu, Sooji dapat melihat dengan jelas pigura besar yang mengabadikan moment bahagia ia dan Myungsoo – walau ia tak yakin apakah ia benar-benar bahagia saat itu – di hari pernikahan mereka. Sooji tampak cantik dengan gaun putih panjangnya serta mawar putih yang erada digenggamannya. Disebelahnya, Myungsoo berdiri tegap dengan senyum yang sangat manis. Lelaki itu tampak sempurna. Bohong kalau Sooji mengatakan bahwa Myungsoo tidaklah tampan.

“Kenapa diam?”

Sooji tersontak begitu Myungsoo bertanya padanya.

“Tidak. Tidak apa-apa.”

“Sebaiknya kau mandi. Aku akan menyiapkan air panas untukmu.”

Sooji mengangguk. Begitu Myungsoo meninggalkannya, Sooji masih asik memandangi sekelilingnya hingga sebuah bingkai foto yang terpajang rapi di meja tepat disamping televisi menarik perhatiannya. Foto tersebut memuat gambar Sooji yang sedang mencium pipi Myungsoo. Lelaki itu tampak begitu terkejut dengan apa yang ia lakukan. Sooji terdiam beberapa saat.

“Kenapa kau tak mengingat apa-apa, Bae Sooji?” lirihnya.

“Bae Sooji, apa kau sudah selesai mandi?” Myungsoo menyembulkan kepalanya dari baik pintu. Alisnya terangkat sebelah begitu mendapati Sooji tak ada dikamar. Berarti gadis itu belum selesai mandi. Biarkan saja gadis itu menikmati waktu santainya. Myungsoo mengerti bahwa mungkin ini sangat berat bagi Sooji.

Selagi menunggu Sooji, Myungsoo memutuskan untuk mengambil pakaian yang akan digunakannya nanti. Begitu mendengar suara pintu kamar mandi yang dibuka, Myungsoo segera membalikkan badannya. “Oh, kau sudah selesai?”

Berbeda dengan Myungsoo yang terlihat santai, Sooji membulatkan matanya begitu mendapati Myungsoo berada dikamarnya – kamar Myungsoo juga sebenarnya. Sooji sontak  meletakkan tangannya didepan dada, berusaha menutupi tubuhnya yang kini hanya berbalutkan handuk berwarna pink pastel – warna favoritnya.

“Ke… kenapa kau ada disini?” tanyanya terbata-bata.

“Kenapa? Bukankah ini juga kamarku? Kamar kita maksudnya.” Tersadar dengan apa yang dimaksud Sooji, Myungsoo cepat-cepat menambahkan,”Ya! Bae Sooji! Aku bahkan pernah melihat yang lebih jauh lagi sebelumnya.”

Sooji dapat merasakan wajahnya memanas mendengar perkataan Myungsoo. “Setidaknya… Dengan keadaanku yang sekarang, kau tidak bisa seenaknya saja masuk ke kamar seorang gadis tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.”

Myungsoo menatap Sooji tak percaya. Apa katanya? Mengetuk pintu? Ia akan mengetuk pintu jika Sooji bukanlah istrinya. Tapi ini? Sooji sudah resmi menjadi istrinya dan dia masih harus melakukan yang namanya mengetuk pintu. Oh, baiklah. Ia mengalah. “Maaf. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Kalau begitu aku akan menunggumu selesai berpakaian,” Myungsoo segera meninggalkan Sooji.

Sooji menarik nafas lega. Bodoh! Sooji memukul kepalanya pelan. Bagaimana ia bisa hidup dengan cara seperti ini?

Jam sudah menunjukkan pukul satu siang. Bel apartment Myungsoo berbunyi membuat Myungsoo segera bergegas membuka pintu. Siapa yang bertamu siang-siang begini?

“Kalian?” Myungsoo mengernyit heran begitu mendapati Soojung dan Minhyuk sudah berada dihadapannya. “Apa yang kalian lakukan disini?”

Soojung melipat kedua tangannya didepan dada. “Kenapa? Kau tak suka? Tentu saja aku ingin menjenguk Sooji.”

Myungsoo menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Gadis ini memang tak bisa berbasa-basi. “Bukan begitu. Maksudku, bukankah tadi pagi kau sudah menjenguknya? Ku pikir kau sekarang sedang sibuk menyiapkan pernikahanmu. Jadi…” Myungsoo tak melanjutkan ucapannya karena Soojung langsung menyerbu masuk. Dasar tamu yang tak sopan!

“Maafkan dia,” ujar Minhyuk seraya terkekeh kecil.

“Tidak apa. Omong-omong, bagaimana kalau kita minum kopi diluar? Biarkan saja kedua gadis itu bernostalgia. Aku akan menelepon Sehun.”

“Sepertinya boleh juga.”

“Yang ini saat kau menikah dengan Myungsoo dan yang ini saat kita memutuskan untuk double date,” Soojung menyerahkan beberapa foto pada Sooji, berharap dengan begitu Sooji akan mulai mengingat masa lalunya.

Sooji memperhatikan dengan seksama foto yang diberikan Soojung. “Soojung-ah…”

“Ya?”

“Bagaimana aku bisa bertemu dengan Myungsoo?”

Soojung terdiam sebentar. “Bagaimana ya? Oh, waktu itu kau datang ke acara ulang tahun perusahaan ayahmu. Kebetulan Myungsoo adalah salah satu rekan kerja paman maka dari itu dia juga datang ke acara itu. Waktu itu kau belum bisa melupakan Minho, jadi kau sedikit ketus dengannya.”

“Wah, ramai sekali!” ujar Soojung begitu melihat banyaknya tamu yang datang pada acara ulang tahun perusahaan milik Keluarga Bae.

Sooji mengangguk setuju. “Maka dari itu aku mengajakmu kesini. Bukankah kau tahu aku tak begitu suka ke acara seperti ini? Tapi ayah memaksaku untuk ikut,” omel Sooji.

“Omong-omong, aku haus. Mau kuambilkan minum?”

“Boleh. Tapi, jangan lama-lama,” pesannya.

“Tenang saja. Tunggu sebentar ya.”

Sepeninggal Soojung, Sooji memutuskan untuk berkeliling di taman. Kebetulan tema pesta hari itu adalah pesta kebun.

“Sendiri?”

Sooji menoleh ke sumber suara. Ia menatap tajam kearah lelaki tampan yang kini berada disampingnya. “Menurutmu?” tanyanya ketus.

Sooji memang seperti itu pada orang asing yang berusaha dekat dengannya. Apalagi setelah ia mengakhiri hubungannya dengan Choi Minho, Sooji memutuskan untuk tidak berhubungan dulu dengan lawan jenis.

“Menurutku kau sendiri maka dari itu aku ingin mengajakmu berkenalan. Namaku Myungsoo. Kim Myungsoo.” Lelaki yang bernama Kim Myungsoo itu mengulurkan tangannya. Namun, karena Sooji sepertinya tak berniat menyambut salam si lelaki, lelaki tersebut memasukkan tangannya kedalam saku celana. “Namamu…”

“Aku tidak biasa berbicara dengan  orang asing,” potong Sooji.

“Sooji-ah!”

Sooji menoleh kearah Soojung yang kini membawa dua minuman dengan tangannya.

“Kemana saja kau? Dari tadi aku mencarimu!” keluh Soojung.

“Maafkan aku. Aku hanya sedang melihat-lihat. Kalau begitu ayo,” Sooji menarik tangan Soojung, membawa gadis itu menjauh dari si lelaki asing.

“Syukurlah. Kau menyelamatkanku dari lelaki asing itu.”

Myungsoo tersenyum kecil mendengar bisikan Sooji pada Soojung. “Gadis yang menarik,” gumamnya.

TO BE CONTINUED

70 responses to “The Memories Chapter 2

  1. Kau harus berjuang yg lebih keras lg myung,di balik badai yg mengerikan setelahnya akan ada pelangi yg indah,jd jgn putus asa

  2. Wahhhh.. Seru yah.. Dlu Myungsoo perjuangan bgt tuh buat bikin Sooji jatuh cinta ma dia. Sekarang dia harus berjuang lagi buat istrinya jatuh cinta sama dia. Smangat Myung!!

    Sooji gak ingat Myungsoo krn trauma pas kecelakaan. Kalo dia coba ingat memorinya, dia bisa kesakitan. Apa Myung akan membuat memori baru atau mencoba membuat Suzy mengingat memori yang pernah ada? Di balik setiap cobaan, pst ad hikmahnya..

Leave a reply to syapnariski Cancel reply