Huntsville [ Chapter 1 ]

babyrosse1

Author | Babyrosse | Tittle | Huntsville

Cast | Bae Soo Ji | Oh Sehun |
Support cast | Jung Jessica | EXO members
Genre | Fantasy | Romance | lil bit Dark | Drama
Length | Chaptered | Rated | Teens
Disclaimer
The story is belong to Babyrosse©

Poster by leesinhyo@posterchannel
Keep Calm
And love your self~


.
.
.
Story 1 ~ The Witch and The Wolf
.
.
.
Bertahun-tahun bersamamu
Aku begitu mencintaimu
.
.
.

“ Ini tidak adil ! “ gerutu seorang gadis dengan rambut serupa Rapunzel hanya saja berwarna hitam pekat dan lebih pendek – melempar buah berry yang dia petik ke sungai kecil yang mengalir di dekatnya.
“ Yaak ?! Jangan kau buang ! Bibi menyuruh kita untuk mengumpulkannya ! “ teriak gadis satu lagi dari balik salah satu semak buah berry paling rimbun.
“ Oh. Kau benar Bibi menyuruh kita.. “ sahut Suzy – gadis berambut Rapunzel itu sarkatis.
“ Dasar… bukannya membantu kau malah membuatku makin sibuk ! “ kali ini giliran gadis satunya lagi yang menggerutu – Jessica. Dia melambaikan tongkat kayu di tangannya kearah sungai. Ajaibnya buah berry yang tadinya Suzy lempar kesana mulai bermunculan dan masuk ke keranjang dengan rapi.
Suzy mendengus, seolah itu adalah hal yang biasa tapi tetap membuatnya terganggu.
“ Bibi lama sekali… sejak awal aku tidak pernah suka saat dia pergi ke Istana. “ ujar Suzy sembari memandang jauh ke balik bukit, terlihat sedikit puncak sebuah Istana megah darisana.
“ Kalian sedang membicarakanku ? “
Keduanya terlonjak oleh suara dibelakang mereka.
“ Haah… bahkan keluhanmu itu bisa terdengar sampai ke istana. “ sahut seorang wanita yang muncul entah dari mana. Wajah cantiknya terlihat lelah.
“ Bibi sudah pulang ? “ sapa Jessica.
“ Iya. Tapi aku masih harus ke Istana nanti setelah kalian selesai membuat cat warna yang kusuruh. “ katanya yang terdengar seperti keluhan.
“ Kenapa tidak membeli langsung di pasar ? Selalu saja membuatku repot ! “ sungut Suzy.
“ Ctakk- ! “
“ Auww ! “ Suzy meringis saat sebuah kerikil kecil melayang ke arah keningnya.
“ Curaang ! “ tuding Suzy kearah Bibinya, “ Bukankah kau bilang dilarang menggunakan sihir untuk menyakiti orang ?! “
Bibinya hanya tersenyum, “ Hukuman dan menyakiti itu berbeda bodoh ! Cepat lanjutkan…sore ini aku akan pergi ke Istana lagi. “ ujar Bibinya berjalan masuk ke rumah.
Setelah memetik semua buah berry bewarna merah ini mereka atau lebih tepatnya Suzy masih harus menghancurkannya barulah bisa dimasukkan ke dalam toples yang akan digunakan sebagai cat warna. Pekerjaan mereka akan pasti akan cepat selesai dengan sekali lambaian tongkat sihir, tapi Pangeran menginginkan bahwa cat warnanya harus buatan tangan.
Sihir ? Yaa mereka adalah penyihir.
Bukan ! mereka bukan penyihir seperti cerita dongeng yang terbang dengan sapu, membuat ramuan aneh – oke mereka memang melakukannya, menggunakan topi kerucut panjang, jubah hitam yang lusuh. Tapi kau tidak akan menemukan itu pada penyihir disini. Suzy bahkan lebih lebih sering memakai rok pendek daripada gaun berat penuh renda seperti Jessica, Kakaknya.
“ Crukk… crukk …crukk… “
“ Pelan-pelan menghancurkannya jangan sampai bijinya ikut hancur nanti warnanya bisa jadi hitam. “ terdengar Jessica mengingatkan Suzy yang tengah menghancurkan buah berry dalam wajan besar.
“ Iya…iya… selain Bibi, kau ternyata juga suka menyiksaku. “ cibir Suzy wajahnya belepotan oleh warna merah buah berry.
“ Jess… aku kekurangan tenaga di Istana aku akan membutuhkanmu disana, jadi bersiaplah kau akan ikut bersamaku nanti. “ ujar Bibinya – Hyori dari balik kuali besar di sudut dapur.
“ Apa wabahnya separah itu ? “ tanya Jessica sedikit cemas.
Bibinya mengangguk, “ Ada seorang anak di desa yang sudah meninggal. Raja sudah memerintahkan kita untuk lebih waspada lagi. Suzy aku juga minta agar kau berkeliling desa nanti hmm… ? “
Ada banyak jenis penyihir di Huntsville*) – kerajaan tempat mereka tinggal. Keluarga Suzy sendiri adalah Penyihir yang ahli dalam bidang pengobatan. Saat ini wabah penyakit aneh tengah menyerang di Desa Huntsville jadi Bibi Suzy sering harus bolak-balik ke Rumah Pengobatan di Istana untuk mengurus warga Desa yang sakit.
“ Sebenarnya apa yang sedang terjadi sih ? “ tanya Suzy tak mengerti.
“ Entahlah… wabah kali ini mirip seperti cacar… “ gumam Bibinya tak jelas sembari terus mengaduk ramuan obat di kuali. “ … tapi ini lebih kompleks… “
“ Kalau begitu yang terpenting adalah mencari terlebih dahulu penyebabnya… “ kata Suzy mulai menuang cairan berry agak kehitaman ke dalam toples, “ …dan menghentikannya ! “ dia menutup toples dengan sepenuh tenaga dan tersenyum “ Aku benar bukan ? “
“ Haah… “ Jessica dan Bibinya mendesah bersamaan.
.
.
.
.
Rumah mungil di pinggir desa itu tampak sepi. Rumah yang pagarnya ditumbuhi tanaman rambat begitupun dengan tembok bata merahnya yang sengaja dibiarkan dipenuhi tanaman rambat berbunga.
Suzy meletakkan lentera dengan hati-hati di meja makan. Jessica dan Bibinya sudah pergi ke Istana sejak tadi sore. Dia mengumpulkan beberapa botol berisi obat ke dalam keranjang kecil juga tak lupa membawa tongkat sihirnya. Seperti yang diperintahkan Bibinya dia akan berkeliling Desa untuk berjaga-jaga jika ada warga Desa yang dicurigai terkena wabah. Dia tak berani menolak perintah Bibinya karna perintah Bibinya adalah perintah tidak langsung dari Raja.
Suzy melambaikan tongkatnya pada sekeliling rumah dan lentera-lentera yang sudah dia letakkan di masing-masing tempat menyala dengan serempak.
“ Aiish… benar-benar merepotkan ! “ Suzy masih sempat menggerutu saat menyampirkan jubahnya bersiap pergi.
.
.
.
.
Suzy berjalan menyusuri jalan di pinggir hutan untuk pergi ke Desa. Langit tampak terang dengan sinar bulan dan bintang-bintang yang berkelip, Suzy menyukai pemandangan ini selain padang bunga matahari yang mekar di Hunstville saat musim panas.
“ Krekk… “
Suzy menajamkan telinganya saat terdengar suara ranting terinjak dari pinggir hutan. Dan terdengar pula lolongan panjang sekawanan serigala. Membuat beberapa manusia berkaki kuda ─ Centaurus ─ berlarian kembali ke pondok mereka.
Suzy melihat bayangan seekor serigala di balik pohon namun alih-alih seekor serigala, yang kemudian muncul keluar dari bayangan adalah sesosok manusia. Suzy mendesah lega setidaknya makhluk itu adalah makhluk yang dia kenal.
Badan toplessnya seolah bersinar oleh keringat yang tertimpa sinar bulan. Dari jauh pun pheromone yang dimilikinya menguar kuat. Rambut pirang kecoklatan sedikit menutupi wajah tampannya.
“ Berhenti untuk membuatku kaget Sehun ! “ gerutu Suzy pada mahluk yang sangat familiar dengannya.
“ Kalau kau takut seharusnya kau tak berjalan disini sendirian he ? “ balasnya sembari berjalan mendekati Suzy memperlihatkan senyum indahnya.
“ Issh… jinjja… “ dengus Suzy. “ Kau sendiri sedang apa disini ? Jangan bilang kalau kau mengikutiku ? “
“ Cih… kau tidak lihat ? “ Sehun mengerling ke atas – tepatnya bulan purnama.
“ Oh.. “ Suzy mengangguk mengerti, Sehun ini adalah Wolfrine atau Manusia Serigala dan setiap bulan purnama Keluarga besarnya punya ritual khusus. Suzy pernah ikut bergabung atas undangan Sehun tapi acaranya luar biasa membosankan . Mereka berkumpul di tengah api unggun mendengarkan cerita para tetua,dan Suzy mendengarkannya sambil menahan kantuk setengah mati.
“ Kau kabur dari ritual ? “ tebak Suzy, dia yakin pembangkang seperti Sehun tidak akan betah dengan acara seperti itu.
“ Tetua mengulang cerita yang sama selama bertahun-tahun aku bosan… “ kata Sehun, “ Kau sendiri ? Kau tidak mengikutiku juga kan ? “
“ Iissh… bermimpilah sana ! “ Suzy memukul bahu Sehun, “ Aku mau pergi ke Desa bodoh ! “
“ Ada apa ? “
“ Yaah… kau tahu wabah penyakit … kata Bibi itu sejenis cacar jadi aku ditugaskan di Desa. “
“ Ohh… tadi aku sempat mendengar Ayah membahasnya tapi aku tak terlalu memperdulikannya karna sangat membosankan… “
“ Dasar tidak sopan ! “
Sehun dan Suzy sudah berteman sejak mereka masih kecil, Suzy kenal baik dengan semua Keluarga Sehun yang notabene semuanya adalah Wolfrine – Manusia Serigala. Manusia Serigala di Hunstville tidak seseram seperti yang ada di dongeng bahkan kebanyakan dari mereka mempunyai daya tarik tinggi. Termasuk Sehun – harus Suzy akui meskipun termuda diantara Kelurganya tapi Sehun yang paling mempunyai daya tarik tinggi, para yoeja di Huntsville banyak yang memujanya kecuali Suzy – mungkin.
Wolfrine biasanya tinggal bersama kawanan mereka di tengah hutan dan berbaur dengan warga Desa lainnya. Mereka hanya berubah menjadi sosok serigala pada saat berburu makanan dan Suzy jarang melihatnya.
“ Daripada kau sendirian lebih baik aku temani bukan ? “ tawar Sehun berjalan merendengi Suzy.
“ Yaah… asal kau tidak bertanya sesuatu tentang Jessica. “ cibir Suzy, dia tahu Sehun menaruh hati pada Kakaknya- Jessica. Mungkin itu adalah salah satu alasan kenapa Sehun akrab dengan Suzy karna dia biasa bertanya sesuatu tentang Jessica.
“ Ehehe… baik… baik … aku berjanji. “ ucap Sehun.
Suzy hanya mendengus, kenapa Sehun selalu melihat kearah Jessica ? Padahal selama ini dia juga memendam perasaannya pada Sehun. Suzy tersenyum kecut, menjadi sahabat baginya itu sudah lebih dari cukup.

Rumah-rumah penduduk yang berpendar oleh cahaya lentera sudah tampak dari kejauhan. Di Desa ada banyak makhluk aneh yang bisa ditemui. Kurcaci- sejenis manusia kerdil yang suka menggerutu, Para penyihir seperti Suzy, Woflrine, Gergasi- sejenis raksasa biasanya mereka bekerja sebagai pengangkut barang dan masih banyak yang lain dan semuanya hidup dengan rukun dibawah pemerintahan Raja.
Selain itu disini merupakan pusat jual beli di Hunstville, dari pagi hingga pagi lagi tempat ini selalu ramai oleh transaksi jual beli.
“ Silahkan dibeli ! Ikan ini sangat segar ! “
“ Lentera ! Lentera asli buatan peri pekerja ! “
“ Nona… coba lihatlah… ini adalah kain yang ditenun oleh para peri hutan apakah kau tidak tertarik ? “ seorang Nenek menyodorkan sejenis kain sutra ke hadapan Suzy saat dia lewat.
Suzy mendengus dan hanya melewatinya, dia tidak tertarik.
“ Maaf yaa nek.. dia lebih suka hal yang seperti itu… “ ujar Sehun mengerling Suzy yang menghampiri sebuah kios tanaman.
“ Dasar kerdil ! Kau ingin membuatku bangkrut ?! “ bentak Suzy pada kurcaci kecil pemilik kios.
“ Nona Penyihir, itu adalah tanaman langka yang hanya terdapat di kaki gunung sangat sulit mencarinya kecuali kau mau melewati gerombolan naga liar disana. “ balas si Pemilik Kios yang harus berdiri di atas kursi kayu agar tingginya seimbang dengan si Pembeli.
“ Ukhh… “ Suzy menatap tanaman pot herbal ditangannya, ini adalah tanaman yang masuk dalam list pencariannya. Benar kata Kurcaci itu tanaman ini hanya ada di kaki gunung jauh dari Hunstville dan di gunung terkenal dengan banyaknya naga liar berkeliaran.
“ Seribu Lima Ratus bold (* ! Aku hanya akan membayarnya Seribu Lima Ratus ! “ kata Suzy bersikeras.
“ Nona… bagaimana bisa kau menawarnya lebih dari setengah harga begitu ? “ protes Pemilik Kios.
“ Diam kau kerdil ! Kau menipuku ya ? Di tempat lain harganya jauh lebih murah ! “
“ Kalau begitu beli saja disana ! “ sahut si Pemilik Toko yang ternyata sama keras kepalanya dengan Suzy.
Suzy menggeram merasa kalah, “ Tidak bisa ! Aku… “
“ Oii… ooi… apa yang kau ributkan disini ? “ tanya Sehun meskipun dia sudah tahu penyebabnya mengingat Suzy adalah orang yang perhitungan terhadap uang.
“ Tuan yang tampan, Nona Penyihir ini memaksa menjual tanaman ku dengan harga yang sangat murah mana mungkin aku memberikannya ? “ kata Kurcaci Pemilik Kios mengadu pada Sehun dengan nada menjilat.
“ Aakh…kalau tidak punya banyak uang sebaiknya kau tidak pergi kesini. “ kata Sehun menahan tawa.
“ Huh ! “ Suzy mendendang kursi kayu tempat Kurcaci Pemilik Kios berpijak, “ Ayo pergi ! Dasar Kurcaci tua pemeras ! “ umpatnya sebelum pergi.
“ Ahh … benar-benar kau membuatku merinding … “ gumam Sehun.
.
.
.
.
.
Cahaya hijau hangat berpendar dari tongkat Suzy mengalir ke kening seorang anak kecil yang wajahnya memucat dan menggigil karna kedinginan.
“ Sebaiknya dia segera di bawa Ke Rumah Pengobatan di Istana… Bibiku ada disana dia pasti akan sangat membantu. “ saran Suzy pada Ibu sang Anak.
Wanita tua yang berdiam pasrah di salah satu sudut rumah hanya bisa mengangguk, Putranya juga terkena wabah penyanyit. Beruntung Suzy memeriksa keadaan Desa karna beberapa anak di Desa sudah banyak yang menampakkan dampak terkena wabah jadi dia merujuk mereka untuk segera ke Rumah Pengobatan Istana.
“ Sebenarnya penyakit apa itu ? “ tanya Sehun yang berdiri tepat disamping Ibu itu.
Suzy menggeleng, “ Ini sejenis cacar… tapi aku tak tahu, Bibi ku juga mengatakan hal yang sama ini penyakit yang belum teridentifikasi. “
“ Bibi sejak kapan dia sudah sakit seperti ini ? “ tanya Sehun lagi kali ini pada Sang Ibu. Suzy mendelik ke arah Sehun kenapa dia berlagak jadi banyak tanya seperti ini.
“ Ngg… setelah bermain dari Hutan tadi dia masih baik-baik saja tapi setelah ku tinggal untuk membuat makan malam dia sudah seperti ini… “ ujar Sang Ibu setengah terisak.
“ Dia sudah kuberi antibodi setidaknya itu bisa membantu untuk sementara. “ kata Suzy tersenyum, “ Yaak ?! Apa yang kau lakukan ? “ bentak Suzy pada Sehun yang terlihat bermain-main dengan seekor kelelawar di sudut rumah.
“ Tsskk… pergi sana ! hush…husshh… “ Sehun berusaha untuk mengusir kelelawar itu jauh-jauh tapi kelelawar itu masih berputar-putar diatas kepala Sehun.
Sebuah sabetan dari tali serupa cahaya yang mengusir kelelawar itu pergi, saat Suzy menurunkan tongkatnya tali itu juga menghilang.
“ Berhenti bermain… “ desis Suzy memasukkan kembali tongkatnya kedalam keranjang.
“ Tapi kelelawar itu yang menyerangku duluan ! … Bibi bagaimana bisa ada hewan seperti itu di dalam rumah ?! “ protes Sehun.
“ E-entahlah… sudah lama dia berada di atap rumah, karna tidak menggangu kupikir tidak masalah … maafkan aku… “ jelas Bibi itu.
“ Sudahlah… jangan pikirkan Serigala bodoh ini, kalau begitu kami akan pergi ke tempat lain dulu dan ingat untuk segera membawanya ke Istana. “
“ Baik… terimakasih atas bantuannya. “
Dan hari sudah larut saat hampir semua rumah sudah Suzy dan Sehun singgahi bahkan rumah-rumah kecil para kurcaci pun mereka periksa.
Keduanya memutuskan untuk menghangatkan diri di sebuah bar besar di sudut desa. Di kawasan ini bisa dibilang adalah kawasan gelap tempat berkumpulnya para pedagang ilegal yang saling bertukar informasi di Hunstville.
Dan tempat yang paling terkenal disini adalah bar Durking Duck , di bar ini berkumpul makhluk-makhluk yang lebih aneh dan kotor daripada di pusat Desa. Meskipun begitu tempat ini menjadi tempat favorite semua orang, termasuk Suzy.
Bau cerutu dan aroma manis menguar saat keduanya masuk, bangunan kayu sederhana ini selalu ramai tiap malam, tampak beberapa gergasi mabuk menggerutu di sudut di balik pohon cemara sebagai hiasan natal yang tak pernah diganti meskipun sudah natal sudah berlalu. Sulit untuk mendapatkan tempat duduk jika sudah begini, namun tidak percuma Suzy mengajak Sehun kesini…
“ Sehun ? Ohhh akhirnya kau punya waktu juga untuk datang kesini lagi… “ seorang Gadis berambut merah menyala menggamit lengan Sehun dengan tiba-tiba, “ Ukhh… dan Penyihir ‘ bodoh ‘ … “ dia mencibir kearah Suzy dengan tatapan tak suka.
“ Isshh… “ Suzy mendengus, tapi dia bersyukur karna dengan begini mereka mendapat tempat duduk yang bagus karna gadis itu adalah Putri dari pemilik bar Durking Duck yang kebetulan sangat menyukai Sehun.
“ Ayo kesini… yang lain juga ada disini ! “ Gadis berambut merah ─ Krystall ─ dengan riang mengantar Sehun ketempat dimana tampak sudah ada dua orang berpenampilan sama dengan Sehun sedang minum.
“ Oh !? Kau ada disini juga ? “
“ Oii… cepat kemari ! “ panggil salah satu dari mereka saat melihat Sehun.
“ Kau sudah kabur duluan ?! “
Ternyata dua saudara Sehun yang lain sudah berkumpul disini.
“ Waah… kau kabur dari ritual demi sebuah kencan hee ? “ goda saudara Sehun yang berkulit paling coklat – Kai, dia mengedip kearah Suzy saat Suzy mengambil duduk disampingnya.
“ Aiisshh… ! bukan seperti itu ! “ ralat Sehun langsung menenggak minuman hangat milik entah siapa dimeja.
“ Oii… pesan punya mu sendiri ! “ protes Baekhyun, “ Krystall, cepat berikan keduanya teh ginseng ! “ pinta Baekhyun pada putri pemilik bar.
“ Jangan bersikap kau seolah memerintahku ! Kau pikir aku pelayanmu ? Aku hanya menerima perintah dari Sehun. “ cibir Krystall berlalu pergi meninggalkan gerombolan Wolfrine dengan tambahan Penyihir disana.
“ Apa-apaan itu… apa dia ingin membuat usahanya bangkrut ? “ gerutu Baekhyun. “ …tapi kau benar-benar curang ! Ritual belum dimulai tapi kau sudah kabur dasar… bagaimana kalau Kris tahu hmm… ? “ Baekhyun mulai mengomel pada Sehun.
Sehun hanya nyengir pada kedua Kakaknya yang juga kabur.
“ Maaf… maaf… tapi aku benar-benar bosan… “ ujar Sehun mulai menunjukkan wajah innocentnya.
“ Aa…benarkah ? Kau tidak bisa bohong kalau kau kabur untuk menemui Suzy bukan ? “ goda Kai lagi.
Suzy dan Sehun mendelik bersamaan kearah Kai.
“ Mana mungkin aku sengaja pergi untuk bertemu Penyihir ‘ bodoh ‘ sepertinya hee ? “
“ Yaakk ?! Kau sudah bosan menjadi serigala ? “ ancam Suzy.
“ Heeee… bukan seperti itu maksudku… “ Sehun cepat-cepat tersenyum manis kearah Suzy yang sewaktu-waktu dapat mengutuknya menjadi katak atau apapun itu.
“ Kalau begitu apa ? Pergi berdua di malam hari… di bulan purnama… “
“ Aiiisshh… aku menemaninya melakukan pemeriksaan wabah di Desa tahu ! “ kata Sehun setengah kesal.
“ Wabah ? “ ulang Baekhyun, bersamaan dengan itu pesanan Suzy dan Sehun sudah datang dibawakan oleh seorang gergasi buruk rupa yang mengenakan seragam berenda merah jambu.
“ Iya… sudah banyak warga desa yang terkena bahkan para kurcaci – yang terkenal kebal – juga terkena wabah … “ ujar Suzy menghirup teh ginsengnya.
“ Ohh.. apakah bintik-bintik merah itu ? Kemarin bukannya Tao juga terkena itu kan ? “ sahut Kai.
“ Ahhh… benar ! Tao juga terkena penyakit seperti itu tapi setelah beberapa hari dia sudah sembuh benar bukan ? “
“ Yaakk… kenapa kau baru mengatakannya he ? “ kata Suzy memukul kepala Sehun.
“ Aku kan baru ingat… “
“ Tapi apa benar dia sembuh dalam beberapa hari ? “ raut wajah Suzy mulai serius.
“ … Ya benar… setelah minum ramuan dari Kakek dia langsung sembuh. “ sahut Kai.
Suzy tersenyum penuh kemenangan, “ … bolehkah nanti aku mampir sebentar ? “
.
.
.
.
.
.
“ Apa ini ? “ tanya Hyori memijit kepalanya saat Suzy meletakkan sesuatu di meja dapur tempatnya beristirahat sesampai dari istana . Pekerjaan di Istana membuatnya sangat kelelahan dan begitu menguras emosi sampai-sampai dia terlalu malas untuk meladeni keponakannya Suzy.
“ Kau lihat saja dulu, “ kata Suzy tak bisa menyembunyikan senyum lebarnya sembari mengedik ke botol kecil berisi cairan biru muda dan sebuah gulungan perkamen – sejenis kertas yang terbuat dari kulit kayu kasar.
“ Aku tidak dalam mood yang baik untuk bermain dengan eksprimenmu. “ kata Hyori, tapi melihat Suzy yang tersenyum, dia jadi penasaran untuk membuka gulungan perkamen dan mulai membacanya.
“ Itu adalah ramuan obat dari Kakek Sehun… keluarga mereka ada yang terkena wabah penyakit itu, setelah meminum obat dia langsung sembuh setelah beberapa hari – hebat bukan ? Ternyata itu adalah penyakit akibat gigitan kelelawar merah. “ kata Suzy menceritakan apa yang terjadi pada Tao dengan semangat sementara Bibinya membaca dengan serius ramuan dalam perkamen itu.
“ Aku sudah memberikan obat itu ke warga desa yang juga terkena dan kami sudah mengusir kelelawar itu dengan memasang bawang putih di depan rumah – kelelawar itu takut bawang putih. “ sambung Suzy, dia memang melakukan itu seperti yang disarankan oleh Kakek Sehun padanya.
“ Hebat sekali ! “ seru Hyori, rasa lelahnya menghilang entah kemana. “ Ini kabar yang sangat menggembirakan, aku tak tahu kalau akar pome disini sangat berguna. “
“ Aku juga baru tahu kalau Kakek Sehun sangat pintar meracik obat… “
“ … tapi “ Hyori berhenti sebentar membaca kembali gulungan perkamen. “ …beberapa dari tamanan ini sangat susah untuk di dapat dan aku tidak yakin aku mempunyainya… kau sudah minta bukan ? “
“ Aah… soal itu… Kakek Sehun juga kehabisan bahan jadi dia tak bisa meracik banyak, maka dari itu dia memberikan resepnya padamu … “ ujar Suzy.
Hyori langsung melesat ke ruang kerjanya atau lebih tepatnya sudut rumah yang dindingnya dipenuhi oleh berbotol-botol tanaman obat dan binatang yang diawetkan. Dia tampak mencari-cari sesuatu disana, menurunkan beberapa botol berisi binatang aneh dan bubuk bewarna cerah. Tapi kemudian dia tampak kecewa dan mendesah.
“ Haah.. sudah kuduga… aku sudah menghabiskan persediaan bunga Biru ku untuk obat awet muda ratu… “ desah Hyori.
“ Bagaiamana ? Apa kau punya semua bahannya ? “ tanya Suzy penasaran dibelakang Bibinya.
“ Hmm… “ Hyori menoleh dan mengangguk.
“ Syukurlaah… “ desah Suzy lega karna kalau tidak ─
“ …tapi kita kekurangan bunga Biru disini… “
─ masalah mencari tanaman obat akan diserahkan kepadanya.
.
.
.
.
.
.
“ Yaakk Suzy~a… bisakah kau menyihir sesuatu untuk membuat kita terbang ? — aku sudah lelah berjalan kau tahu ! “
Suzy hanya menoleh malas ke asal suara keluhan itu dan tetap berjalan pada jalan setapak dari batu bewarna kuning.
“ Suzy… “ panggil Sehun lagi terdengar putus asa.
“ Apa ?! “ Suzy menghentikan langkahnya. Berbalik menghadap Sehun dengan wajah kesal. “ Dengar ya … sihir tidak bisa kau gunakan sembarangan, apa kau sudah lupa ? Dan lagi aku ini tidak bisa terbang ! ! Atau membuat kita terbang itu bukan pekerjaanku ! “ bentak Suzy kesal.
“ Kenapaa… ? Kenapa jalan ini terlihat tidak berujung… ? “ ratapnya. Hampir satu jam mereka berjalan kaki menyusuri jalan setapak – Yellow brick untuk dapat sampai ke daerah pegunungan Huntsville. Percayalah ini adalah jalan tercepat untuk dapat kesana dari pusat kota dan juga yang paling aman. Dengan melewati hutan memang akan memakan waktu sedikit lebih cepat, tapi di hutan banyak ada binatang liar dan hewan buas lainnya – termasuk naga.
Mencari tanaman obat adalah tugas utama dari Suzy, biasanya Sehun akan menemaninya itu Sehun lakukan untuk dapat menarik perhatian Jessica. Yang dicari Suzy saat ini adalah Bunga Biru, bunga langka yang hanya tumbuh di pegunungan Hunstville. Sialnya selain tanaman itu hanya berbunga sedikit, tanaman itu pun tumbuh jauh diatas tebing.
Suzy pernah sekali mencarinya, dia juga sudah sering melewati banyak medan yang berbahaya hanya untuk mencari tanaman obat yang lain.
“ Berisik ! Dari tadi kau hanya mengeluh… “ gerutu Suzy yang berjalan di depan Sehun. Di sepanjang sisi Yellow brick dipenuhi oleh hamparan perkebunan gandum sepanjang mata memandang.
“ Kau juga… dari tadi hanya membentakku. “ balas Sehun.
“ Haah… jika tahu bahwa ini sangat melelahkan aku tidak akan pernah mengikutimu. “ kata Sehun terdengar menyesal.
“ Lagipula siapa yang menyuruhmu untuk ikut haa ? “
“ Aku ikut karna aku tahu ini sangat melelahkan dan kau tidak bisa melewatkan satu langkahpun tanpa diriku… aku tahu itu ! “ sahut Sehun percaya diri.
Langkah Suzy terhenti, setengah terharu dengan alasan bodoh Sehun.
Ahh… benar, selama ini Sehun hanya menggapnya sebagai sahabat. Sehun tidak pernah melihatnya sebagai seorang wanita seperti saat dia memandang Jessica.
“ Naah… aku benar bukan ? Kenapa kau berhenti ? Ayo cepaaat… “ giliran Sehun yang berjalan mendahului Suzy sambil meraih ransel yang digendong Suzy dan membawanya.
Suzy hanya mendengus, tersenyum menatap punggung Sehun.
‘ Benar… aku tidak bisa melewatkan satu langkahpun tanpa dirimu… ‘
Matahari sudah hampir condong ke barat saat keduanya sampai di kaki gunung, di daerah ini banyak terdapat rumah jamur yang bisa disewa.
Suzy dan Sehun menyewa satu rumah jamur bewarna cerah dari seorang Centaurus tua. Rumah jamur, bukan benar-benar terbuat dari jamur melainkan hanya bentuknya yang mirip jamur.
Rumah jamur biasanya menjadi tempat tinggal yang aman di kaki gunung Hunstville bagi para petualang ataupun penduduk karna bentuknya yang seperti jamur beracun dapat memanipulasi para pemangsa malam.
Sehun langsung merebahkan dirinya di satu-satunya ranjang kayu empuk di rumah jamur. Sementara Suzy memanaskan air ketel di salah satu sudut ruangan.
“ Hooii… jangan seenaknya tidur disana, tempatmu adalah disana ! “ Suzy mengerling ke sudut ruangan dan melempar selimut kearah Sehun.
“ Yaak… kau masih saja tak merubah peraturan ini ? “ protes Sehun, dari sekian lama dan banyaknya perjalanan yang mereka lewati. Suzy selalu menyuruhnya tidur beralaskan lantai.
“ Kau harus bersyukur, jika orang lain pasti sudah kusuruh tidur diluar. “ sahut Suzy menuang air yang sudah panas ke dalam cangkir berisi daun teh.
“ Ckk… berani taruhan tidak akan ada yang mau menikah dengan Penyihir sepertimu ! “ umpat Sehun.
Suzy menghentikan gerakan memutar sendoknya dalam cangkir teh, kata-kata Sehun sedikit banyak telah menusuk perasaannya.
“ Berisik ! “
Suzy meninggalkan teh yang telah dibuatnya dan melangkah kearah ranjang, mengerubungi dirinya dengan selimut.
“ Bagaimana dengan tehnya ? Kau tidak akan membuatkannya untukku ? “
Suzy pura-pura tak mendengar ocehan Sehun dan gerutuannya sepanjang malam. Dari dulu sampai sekarang alasan kenapa Suzy menyuruh Sehun untuk tidur jauh-jauh darinya adalah agar detak jantung Suzy tak sampai terdengar oleh Sehun. Suzy pun selalu menahan mati-matian perasaannya yang tak kunjung bisa menghilang bahkan sekeras apapun dia mencoba.
“ Menyebalkan… “ rutuk Suzy pada dirinya, sebelum dia terlelap menyusul Sehun yang sudah tidur duluan di sudut.
Lentera-lentera di Rumah jamur mulai meredup sinarnya seiring dengan malam yang berlalu, tapi debaran di jantung Suzy masih tak mereda. Dan sepanjang malam dia habiskan dengan bersembunyi dalam selimut.
.
.
.
.
.
.
To be continued~

* Huntsville = Sebuah wilayah tempat tinggal dengan sistem kerajaan
**Bold = Mata uang Hunstville
Babynote
Ngeekks… -_- itu apaan coba kosakatanya yang diatas hee agak bingung juga gimana untuk merangkai kata-katanya, maklum Baby bukan anak bahasa.
Kebanyakan nonton Narnia, Harrypotter and Tinkerbell inilah hasilnya huahaha 😀
Sumpah malu banget bacanya, itu semua juga pada ngarang mulai dari bar sampai rumah jamurnya, imajinasi saya berkembang entah kemana yang kebayang adalah tempat seperti di Narnia.
Ngg… give me a review please, even this Fanfic absolutely freak at all hee… 😀
See you in the next chap !

30 responses to “Huntsville [ Chapter 1 ]

  1. Ini keren sumpaah 🙂 Aku daridulu prngen banget nulis ff genre fantasy tapi sulit banget hikss..
    Oke aku baca lanjut yaa

  2. Aku suka sm cerita nya 🙂 alur nya juga pas, jadi uri suzy suka sm sehun tpi sehun malah suka sma mba jess? Kasian suzy 😦

Leave a reply to Atma Cancel reply