[Vignette] A Care for You

acfy

March 2016©

miss A Bae Suzy and EXO Kai / Kim Jongin | AU!Canon, Comfort, Drama, Friendship, slice of Life | General | Stand Alone Fict., Vignette | beside the story-line and poster, I own nothing |

Bisa dibaca terpisah dengan Lean on Me

.

Dengan cepat aku tersadar lagi terhadap petikan pesan yang belum kukirim kepada persona yang ribuan kilometer jauhnya di sana dan masih menaruh peduli untukku.

.

.

.

Sebut saja hari ini masuk ke dalam pekan terakhir bulan kedua dalam tahun kabisat berdasarkan tanggalan Masehi. Langit di ibukota yang biasanya diselimuti keadaan mendung yang mengundang hujan berganti warna menjadi lazuardi. Biru yang menenangkan dan mengesankan. Tidak kurang dan tidak lebih bagi kami, warga Seoul yang enam bulan hampir dirundung oleh cuaca sendu dan guyuran salju musim dingin.

Dentingan piano yang diketahui merupakan Prelude for Piano. Op. 28, No. 24 gubahan Frédéric Chopin menjadi latar belakang perjalanan menuju tujuan. Volume maksimal dari sapuan melodi grand piano yang lembut namun mengesani lantas tidak serta merta membuat aku mengantuk. Alhasil aku masih terjaga sambil menikmati jalanan pusat kota Seoul beserta isi-isinya melalui jendela kaca mobil berkepribadian dua arah.

Agak aneh memang, ketika seseorang penggila musik pop macam diriku memilih untuk memutar musik klasik. Dan anehnya aku malah membiarkan hal itu terjadi begitu saja, demikian orang-orang di sekitarku. Mereka yang sudah lama mengenali dan memahamiku tidak menggubris ataupun mengolok. Mereka hanya membiarkanku melakukan apa yang kuinginkan dan kuyakin pemikiran itu terlintas dalam benak mereka baru-baru ini saja.

“Sepertinya kita akan terlambat tiba di Cheongdam, di depan ada kecelakaan hingga membuat kemacetan. Lihat saja.” Paman Hong—supir yang seumuran dengan pamanku yang tinggal di Gwangju—berkata setelah menjulurkan kepala ke luar kaca jendela mobil yang terbuka, seolah ia mengantongi batu krypton dan penglihatannya sebaik Superman.

“Ah, bagaimana ini.” Wanita berpipi bulat yang duduk di sebelah kursi pengemudi mendesah berat kemudian ia segera mengambil ponsel yang terletak di dashboard. “Aku akan menelepon pihak BBQ Chicken kalau begitu,” lanjutnya.

“Kurasa kita akan terlambat tiba dan berarti kita akan sampai di Cheongdam tigapuluh menit lagi. Kamu tidak ingin istirahat sebentar?” usul Paman Hong sambil melihatku dari kaca spion tengah. Aku mengangguk sambil tersenyum namun tidak mengiakan.

“Tidur sebentar tidak apa-apa. Jadwal pengambilan gambar drama-mu ‘kan gilanya bukan main sampai-sampai berhasil terkebut setengah proses. Hitung-hitung sebagai balas dendam atas jatah tidurmu selama sebulan ini.” Kak Nara, wanita tujuh tahun di atasku mendukung usulan Paman Hong selagi menunggu panggilannya dijawab.

“Ya boleh saja tapi aku tidak yakin kalau tigapuluh menit bisa melunasi secuil dari hutang tidur selama sebulan itu, Kak.” jawabku sarkastik.

Kakak perempuan yang sudah menjadi manajer sekaligus bodyguard selama hampir dua tahun itu meringis, menunjukkan senyum bersalah. “Kamu benar, sih tapi Suzy-a, —“

 “Tidak apa-apa, aku akan istirahat sambil menunggu kemacetan ini reda tapi tidak tidur. Lagipula aku tidak bisa tidur dalam perjalanan seperti ini, Kakak tahu sendiri ‘kan.”

Kak Nara lagi-lagi meringis kemudian menyapa orang di seberang telepon. Meninggalkanku dan Paman Hong dengan berita keterlambatan yang ia sampaikan.

Aku mengambil bantal tidur berbentuk U pipih dengan kepala Rillakumma di atasnya. Memasangnya tepat di belakang leher. Mendadak dentingan piano menghilang seiring dengan rasa bosan yang menguap ke udara. Aku pun memutuskan untuk memainkan ponsel.

Sebelum ponsel putih gading itu aku ambil dari saku mantel, benda pipih itu bergetar dan mengeluarkan bunyi notifikasi pesan masuk.

From: K
Sukses untuk fan signing-nya! Semangat!

Di akhir pesan singkat tersebut terdapat emoji kepalan tangan dan wajah gembira. Kedua pipi serentak merona setelah membaca pesan yang dikirim oleh pemilik nama kontak K alias Kim Jongin atau yang lebih disegani publik Korea sebagai Kai dari EXO. Dia temanku dan sungguh tidak lebih dari itu. Dan yang mengetahui status pertemanan kami tentu hanya orang terdekat kami saja.

Aku tahu kamu sedang tertawa sekarang.

Kali ini dia menambah emoji orang berkepala pelontos yang melirik sok tahu. Belum sempat aku membalas pesan yang satu, satu pesan yang lain sudah muncul. Benar-benar tipikal orang yang tidak sabaran. Namun sikap Jongin yang satu ini tidak dapat publik lihat dari balik layar kaca tentu saja. Sikap menyebalkan Kim  Jonginyang hanya bisa disaksikan oleh orang-orang terdekatnya.

Me: Teng! Salah. Aku tidak tertawa hanya tersenyum.

K: Itu sama saja.

Me: Tentu saja berbeda. Perlu aku menjelaskan definisi
tertawa dan tersenyum?

K: Lupakan. Kamu tahu ‘kan kalau kamu ini payah sekali
dalam hal menjelaskan.

Me: Tidak begitulah.

K: Iya…

Me: Aku bilang tidak, Jongin-a.

K: Kamu tidak bisa berbicara dengan benar. Titik.

Me: Arghhh, pergi sana.

K: Hahaha. Oh, aku harus kembali rehearsal. Dah.

Aku mengernyit lantas teringat kalau tepat pada hari ini Jongin sedang berada di luar Korea untuk melangsungkan tur konser dunia bersama EXO. Kalau tidak salah ingat, mereka berkunjung ke Indonesia. Salah satu negara di Asia tenggara dan ya aku pernah sekali ke sana bersama kakak-kakakku dari miss A untuk melakukan mini concert bersama para idol group yang lain pada 2011 silam, untuk itu aku masih ingat.

Pesan Jongin yang aku diamkan timbul kembali di pikiran. Ya ampun, di tengah rehearsal bocah itu masih sempat bermain ponsel. Mendadak aku merasa bersalah lantaran di tengah jadwalnya yang padat bukan main dan sekelas indeks saham gabungan di Bursa Efek Korea, bocah lelaki yang lebih tua sepuluh bulan dariku itu masih sempat mengirimiku pesan. Sedang aku begitu tak ambil peduli terhadapnya. Dan tiba-tiba pula aku merindukan obrolan yang hidup yang biasa dilakukan di group chat bersama dengan kakak-kakak perempuan satu idol group yang beberapa waktu ke belakang ini justru tak terasa begitu hidup.

Me: Oke, sukses dan bersenang-senanglah 
untuk konsernya, Jongin-a. Jangan sampai cedera.

K: Hm, tidak ingin oleh-oleh?

Memanjangkan sudut linier kedua bibir, sambil aku memikir. Apa pantas teman yang tidak pedulian sepertiku meminta oleh-oleh? Singkat aku berpikir kemudian segera membalas pesan bocah yang katanya mau melanjuti rehearsal tapi masih meladeni akhiran dari pesan yang kukirim.

Me: Tidak perlu, thanks.
Kalian bersembilan kembali ke Korea dengan selamat
dan tubuh yang utuh itu sudah cukup.

Belum sempat aku menekan ikon pesawat kertas yang menyembul, sekonyong-konyong klakson kendaraan mendegar-degar bagai meriam yang ditembakkan; memecah senyap dalam mobil. Aku mendelik karena kaget, sementara Paman Hong dan Kak Nara malah sudah melempar tinju masing-masing ke udara.

Aku pun yakin kalau mendiang Beethoven belum kehilangan kemampuan pendengaran dan dapat mendengarnya, frustrasi tentu akan menghampiri—salah-salah petikan kejadian di atas memang benar dan menyebabkan timbulnya degresi pada pendengarannya. Terompet listrik kendaraan yang berseru tidak tahu malu tadi pun mengotori resonansi Cello Sonata No. 3 in A Major, Op. 69: Allegro Ma Non Tanto dalam mobil kami, yang ditulis oleh rekaan pianis jenius sepanjang masa asal Benua Biru bernama lengkap Ludwig Van Beethoven.

“Oh, kemacetannya sudah terurai.” Paman Hong membuka suara. Sebelum memindahkan tuas persneling mobil van ke nomor dua, terlebih dahulu beliau menarik tuas rem tangan. Perlahan mesin beroda empat ini pun melaju.

“Baguslah, jadi kita tidak terlambat tiba di Cheongdam.”

“Dan aku jadi kehilangan kesempatan balas dendamku.” ujarku bernada tak rela. Memasang tampang pura-pura menyesal lantaran tidak memakai masa bebas hambatan tadi untuk sekedar merem-merem ayam. Kak Nara tertawa tanpa bersuara dan menambahkan kalau aku masih punya limabelas menit untuk sekedar menutup mata.

Dengan cepat aku tersadar lagi terhadap petikan pesan yang belum kukirim kepada persona yang ribuan kilometer jauhnya di sana dan masih menaruh peduli untukku. Kata –masih yang tersemat terdengar sentimental, mengingat aku yang tidak tahu apa ‘mereka’ masih peduli padaku juga.

Jelas aku mengurungkan niat mengirim pesan yang juga bernada sentimental tadi. Jika aku mengirimkannya kepada Jongin dan dia membacanya, aku tidak habis pikir. Aku yakin dia pasti akan mengolok-olokku habis-habisan jika bersua di kedai pinggir jalan—seperti kejadian yang lalu-lalu saat aku melewati batas toleransi soju dan menjadi begitu terpengaruh oleh perasaan dalam keadaan mabuk—dan tak jemu memandangiku dengan mulut terkunci namun pandang yang mengejek.

Namun satu yang begitu pasti, aku harap juga begitu, hubungan pertemanan kami akan tetap kontinu. Tidak perlu berpindah jenjang menjadi relasi yang lebih intim seperti yang disimpulkan oleh orang-orang terdekat kami. Takutnya hal itu malah menjadi bumerang bagi kami sendiri.  Jari-jari yang kukunya bersih dari pewarna kuku lantas menekan-nekan gambaran panah; menghapus pesan singkat barusan.

Aku membawa kedua tangan bersedekap. Menyingkap bibir dengan seulas senyum simpul pada pepohonan teduh di pinggir jalan yang seolah berlari mengikuti kami. []

.

.

.


xian is back!!! i’m back! kekekekeke, semoga tidak ada yang lupa saya (kalau ada yang lupa, itu tetap bagus kok berarti  saya pernah diingat meskipun pada akhirnya dilupakan. bah. apaan ini T_T). well, saya kangen menuliss juga kalian semua, huhuhu. dan vakum mengapdet  blog selama hampir dua bulan kemarin itu lantaran tugas yang tidak karuan dan perkara UAS. jadi, maaf banget, (khususnya ke kak dinda gara-gara ngga izin hiatus, huhu). ah, but i really feel good to be back.

and yeah, mari kita dukung Suzy selalu. mari kita jaga our Suzy sebaik-baiknya agar ia tetap sehat and biyutiful sehingga bisa bersama kita terus. (ahhhh, i miss her so muchhhh </3) Suzy-kajja!

ke depannya, semoga teman-teman KSF tidak enek sama sama saya yang bakalan ‘menghantui’ laman wordpress ini ya. haha.  yosh, semoga kalian sehat selaluuu. siyu leterrr ^^~

(maaf (lagi) notes-nya kepanjangan 😀 )

16 responses to “[Vignette] A Care for You

  1. duh si jongin tau banget ya kalo suzy itu payah dalam menjelaskan hahahaha jadi inget Runningman episode 172 yg suzy mau ngejelasin cara permainan ke Ryu hyun jin,tapi ryu hyun jin nya malah kebingungan,suzy dikatain sama kwangsoo kalo suzy itu buruk dalam menjelaskan xD poor suzy dan eh kalo ngga salah sblmnya exo jadi guest dRM jg sblm suzy kyaaaaa #apaini #ignore
    thanks ya kak xianara untuk vignette kaizy nya♡ minggu pagiku jadi lebih terasa indah xD
    Fighting ne untuk project² selanjutnya 💪

    • yehey, tulisan ini juga terinspirasi dari sifat canon suzy di RM 😀 ahhhh tapi sayang mereka tidak satu frame, huhu.
      aww, kamu bisa aja, Puri. terimkasih sudah baca, makasih juga dukungannya ^^
      fightingg

  2. Yeyy welcome back kak Xian…
    penyusunan kata n Bahasanya kak Xian unik
    Kadang seperti baca puisi gitu hehe…
    curiga kak Xian ini ngambil Jurusan sastra Indo iyakah kak?
    Ini msh ada sambunganx kan? Keliatanx Jongin naksir uri Suz… tp disini msh sekedar tmn biasa.
    N yeah mari kita selalu support Suzy😍

    • hahaha, jangan curigaan ah 😀
      hm, saya sendiri kurang yakin ini ada sambungannya atau tidak (dalam hati saya juga pengin nulis kelanjutannya tapi ahh maafkan saya yang mualas ini, hehe)
      yup, terimakasih juga sudah baca, Nina ^^

  3. wah penggunaan bahasanya bagus tp ada beberapa yg aku ga ngerti. ceritanya menarik tp apa cuma segini? beneran ngayal suzy jongin deket huhuhu

    • hai babysuez~ wah boleh dikasih tahu ke saya beberapa yang tidak dimengerti? hehe.
      saya cuma bisa nulis segini, gimana dong, huhuhu. mereka kita doain aja lah ya, lolll.
      anyway, makasih sudah baca ^^

  4. seperti biasaa xianara eon emag bagus dala pemiihan kata XD omg aku jd membayakan ini benran terjadi dan aku penasaran eon akan melanjutkannya apa tidak? mksdnya melanjutkan cerita ini sampai kabar mereka dating dan pertemanan mereka? XD kkkk~

Leave a reply to miahuliaSRG Cancel reply