The Lady [Chapter 1]

The Lady

|| Title: The Lady || Author: Phiyun || Genre: Romance | Family life | Sad | Hurt || Cast: Bae Sooji | Kim Myungsoo | Bae Soobin |

Cerita ini hanya fiksi belakang namun apabila ada kesamaan di dunia nyata berarti hanya kebetulan semata. Cerita ini juga terinspirasi dari film maupun buku yang pernah penulis tonton dan baca. Penulis hanya memakai nama castnya saja sebagai bahan cerita, jadi keseluruhan cast yang ada disini milik penulis. Maaf kalau karakternya Castnya aku buat beda dari karakter  aslinya. Ini semata – mata hanya untuk isi cerita saja. Tapi kalau di dunia kenyataan Castnya milik keluarganya dan agencynya. Heheee… XD

*** Happy  Reading ***

“Untuk anakku yang tersisa, putriku Sooji, permata-mata Nizam…”

Suara itu terputus dan Tuan Lee, meletakkan semua dokumen-dokumen yang baru saja dibaca. Bae Sooji memperhatiannya dengan heran, terpancar dari sorot matanya. “Hanya itukah?” tanya gadis muda itu dengan suara yang gemetar.

Tuan Lee terdiam saat memandangnya. “Maafkan saya, Nona Sooji. Sepertinya beliau telah mengubah surat wasiatnya setahun sebelum beliau meninggal. Saya sudah pernah mengatakan pada Tuan Bae, kalau itu akan menjadi keputusan yang tidak baik untuk anda ke depannya, tapi saya tak bisa mencegah apa yang telah diputuskan Tuan Bae,” ucap pengacara keluarga Bae tersebut kepada alih waris keturunan Bae.

“Hanya… permata-permata Nizam…” Sooji mendesis diantara helaan napasnya. Tak lama kemudian suaranya keluar dari bibir tipisnya saat ia hendak melanjutkan perkataannya. “Dia membenciku! Dia sangat membenciku sejak Soobin meningal, tak heran kalau hal ini terjadi.”

Tuan Lee langsung membantah tuduhan yang baru saja dilontarkan oleh Sooji. “Aku kira tak begitu, Nona.” kata Tuan Lee. “Tuan Bae hanya sedikit kacau sejak saudara lelakimu meninggal.” tambahnya kembali.

Sooji mengangguk. Hal itu dibenarkan oleh Sooji, karena itulah Ayahnya sedih berkepanjangan saat anak laki satu-satunya meninggal dengan cara yang tragis. Ya, anak lelakinya mengalami kecelakaan mobil. Sooji hanya tak bisa percaya kalau hanya itu yang ditinggalkan oleh ayahnya untuk dirinya dalam surat wasiat.

Permata-permata Nizam yang menjadi legenda di keluarga Bae. Kisah ini di mulai,  waktu di saat perang dunia kedua, keluarga Bae pernah menolong Sir Ryan. Saat itu Sir Ryan membawa koleksi permata berharganya dari seseorang bernama Nizam Wickly.

Sejarah mencatat bahwa beliau pernah menyelamatkan nyawa panglima Nizam, dan sebagai hadianya Nizam memberikan koleksi permata-permata indahnya berupa Safir, Ruby, Zamrud dan permata-permata lainnya.

Permata Nizam adalah harta karun yang tersembunyi dan total nilai permata itu sangatlah banyak. Meski begitu tak ada petunjuk yang jelas dalam surat yang diberikan mendiang ayah Sooji di mana persembunyian batu permata itu. Dan saat ini Tuan Lee tak bisa berbuat apa-apa. Meski telah mencari ke segala sudut dan celah, dan dari loteng hingga gudang bawah tanah selama bertahun-tahun, namun rahasia itu tetap terpendam. Harta karun itu belum juga ditemukan, atau barangkali permata itu sudah dicuri.

Sekilas terbesit di pikiran Sooji ketika suatu hari beliau pernah menggerutu kesal karena tak punya ahli waris ke pada dirinya. “Mengapa kau bukan laki-laki?” kata ayahnya geram saat di hari kematian Soobin, kakak lelaki Sooji.

“Aku mesti menikah lagi. Belum terlalu tua untukku bisa mempunyai anak lelaki lagi. Cepat carikan aku perempuan. Pastikan ada seorang perempuan yang bersedia kunikahi! Cepat carikan, dasar anak tak berguna!” makinya di hadapan putrinya.

Sooji mengerti saat itu ayahnya benar-benar dalam keputus-asaan dan merasa hidupnya tak berarti lagi, ayah Sooji kemudian tenggelam dalam minuman beralkohol sampai kemudian dia meninggal dalam keadaan yang menyedihkan.

Sooji memandangi Tuan Lee untuk beberapa saat, sebelum ia berkata. “Apa… yang harus aku lakukan Tuan Lee?” di beri pertanyaan semacam itu oleh Sooji, pria paruh baya itu hanya terdiam sambil menundukan kepala. Sooji bangkit dari duduknya kemudian melangkah ke jendela dan kemudian tatapannya matanya melihat keluar. Gadis itu melakukan itu bukan untuk melihat pemandangan yang indah namun dia hanya tertegun dengan tatapan mata yang kosong saat menatap lagit nan biru.

Cahaya mentari menerpa rambutnya, dan semilir angin pun ikut menemani, rambut Sooji yang menari-nari. Gambaran itu menambah kecantikan yang dimiliki oleh Sooji. Gaunnya yang usang dan ketinggalan zaman, tak mampu menyembunyikan keanggunan dan keindahan bentuk tubuh gadis itu. Tiba-tiba Sooji teringat sudah hampir dua tahun ia menghabiskan waktu untuk merawat ayahnya tanpa pernah berhubungan dengan dunia luar.

“Apakah tak ada kerabatmu yang bisa kau mintai bantuan?” kata pria tua itu ragu.

Sooji menoleh. “Siapa?” tanyanya. “Ayah tidak akur dengan kerabatnya. Beliau tidak menyukai mereka bahkan sebelum Soobin Oppa meninggal.”

“Bagaimanapun, darah lebih pekat ketimbang air.” ucap Tuan Lee kembali.

Sooji menghela napas. “Bagaimana menurutmu bila aku tinggal dengan saudara sepupuku, kemudian tak ada sesuatu pun yang bisa kubayar atas apa yang kumakan? Masihkan mereka memperbolehkan diriku tinggal bersama dengan mereka?” bibir Tuan Lee mengatup rapat.

“Semua yang ada di dalam rumah ini serta kebun di sini sangat aku perlukan.” gumamnya. ”Menurutku yang bisa kumiliki hanya perabotan milik Eomma, yang jumlahnya tak seberapa.”

Tuan Lee kemudian angkat bicara kembali. ”Mungkin ada yang bisa saya lakukan untuk menolong anda, Nona.”

“Apa itu?”

“Kebetulan saya telah menjual salah satu pondok pribadi milikku. Saya bisa memerikanmu setengah dari hasil jual beli tempat itu.” jelas Tuan Lee. Namun tawaran Tuan Lee langsung di tolak Sooji dengan halus. “Aku tak ingin merepotkan anda, Tuan Lee.”

“Saya sama sekali tak merasa direpotkan, Nona. Malahan saya merasa sebaliknya, inilah saatnya, saya membalas budi Tuan Bae kepada diri anda, Nona Sooji.” balas pria berambut keputihan tersebut.

“Kau baik sekali, Tuan Lee.” ujar Sooji dengan sumeringah. “Aku sangat berterima kasih atas pemberianmu itu.”sambil membungkukan kepalanya untuk berterima kasih. “Sekarang yang aku punyai hanya pemberian anda dan Jack.”

Tuan Lee mengetahui, Jack adalah kuda kesayangan Sooji yang dihadiakan oleh Soobin saat ulang tahunnya setahun sebelum saudara laki-lakinya itu pergi dan tak kembali lagi. Kuda itu sangat menurut padanya. Tak lama kemudian Sooji kembali duduk di hadapan Tuan Lee dan kemudian bertanya. “Apa yang mesti aku lakuakan, Tuan Lee. Haruskan aku menunggu nasib baikku, atau tinggal di sini… mengharapkan belas kasihan dari keluarga kaya raya yang telah mengambil semua aset ayahku?”

“Kurasa, beliau tahu apa yang harus dilakukannya.” kata Tuan Lee.

Sooji lalu menyahut. “Ya..ya…ya, aku mengerti!” dengan nada yang tinggi. “Aku harus merendahkan diri dan berterima kasih atas segala sisa-sisa makanan yang diperolehnya untuk kumakan.”

“Kukira tak seburuk itu, Nona Sooji. Kita belum tahu banyak tentangnya. Siapa tahu beliau adalah pria yang menarik dan baik hati.”

“Tapi bukan seperti itu yang kudengar dari mendiang ayah.” kata Sooji.

“Beliau sangat membenci ayah tirinya, hubungan mereka tak akur. Saya pernah mendengarnya dari beliau tapi saya takut untuk menanyakan lebih dalam kepada, Tuan.” ujar pria tua tersebut.

“Ayah selalu bilang kalau Myungsoo sama buruknya dengan ayahnya.”

“Nona belum pernah bertemu dengan Sepupumu, Tuan Myungsoo?” tanya Tuan Lee heran.

Gadis muda itu lalu membalas dengan nada yang ketus. “Apa kau kira ayah akan mengijinkan mereka datang ke sini?”

“Itu telah lama berlalu. Lagi pula Tuan Myungsoo sekarang berumur dua puluh delapan dan ayahnya telah meninggal beberapa tahun yang lalu”

“Aku mengerti, aku hanya sedikit cangung.” gumam Sooji.

Tuan Lee merasakan nada cemas dalam ucapan Sooji. Dia mengerti kalau Sooji memikirkan nasip perkebunan, gedung serta para pekerja di tempat ini. karena bagaimanapun Sooji sudah menjadi bagian dari tempat ini, dan dia juga ingin mengembalikan kejayaan keluarganya seperti masa lampau dan sekarang orang lain akan mengambil keduduk ayahnya. Sedangkan ia tak tahu pasti akan masa depan semacam apa yang mengikuti dirinya.

“Apa yang mesti aku lakukan?” tanya gadis muda tersebut cemas. “Apakan aku harus bekerja? Atau aku bekerja di…”

“Itu tidak mungkin!” potong Tuan Lee.

Sooji terdiam saat pria paruh baya itu memotong perkataannya. “Mengapa tidak mungkin?” tanya Sooji.

“Ada beberapa alasan,” sahut Tuan Lee. “Pertama, kau harus menyadari siapa dirimu dan kedua kau tidak punya pengalaman, dan hal itu bisa membahayakanmu.” tambahnya.

“Bahaya?” gumam Sooji. “Kau pikir aku akan mudah diremehkan dan dihina oleh para lelaki?”

“Tentu saja, aku berpikir begitu.” sahut Tuan Lee.  “… dan seandainya ibumu masih ada, kau tentu akan tinggal bersama Nyonya di London. Atau paling tidak kau akan menikah.”

Sooji tertawa kecil. Untuk sesaat gadis muda itu merasa terhibur. “Rasanya tak ada yang bisa kau lakukan selain tinggal di sini untuk menjalankan perkebunan dan menurutku pemilik yang baru akan melihatmu sebagai orang yang berguna.” dengan tersenyum.

Tapi pemikiran Tuan Lee berbeda dengan Sooji. Gadis muda itu merasa ragu. “Dia tidak akan bersikap semanis itu. Aku yakin dia akan mengungkit-ungkit masa lalu dan menceritakan bagaimana tak harmonisnya hubungan keluarga kami. Tidak mungkin dia akan menganggapku sebagai saudara sepupu.” sambil bangkit kembali dari tempat duduknya.

Tuan Lee sudah berusaha menenangkan hatinya tentang tuan rumahnya yang baru, tapi tetap saja Sooji tidak yakin kalau hubungan mereka kelak akan baik. Karena sejak kecil Sooji sudah di beritahukan oleh sang ayahnya kalau saudara sepupunya itu bukanlah orang yang baik. Jadi hingga detik ini, Sooji  belum bisa melihat sisi baik mereka.

 ~OoO~

Sooji berjalan pelan di sebuah ruangan sambil kedua matanya memandangi setiap sisi ruangan. Gadis itu merasakan betul kalau ia merupakan bagian dari rumah ini, dan sulit baginya untuk meninggalkannya begitu saja. Bagaimanapun ia harus berada di sini, sebab kalau tidak, entah di mana dia harus tinggal.

Dari perkawinan dengan istri pertama, ayah Sooji tidak di karuniai anak. Istrinya meninggal setelah dua tahun menikah dengan ayahnya. Dan tak lama kemudian beliau menikah lagi. Istri barunya memberinya dua anak, yaitu Soobin dan setahun kemudian lahirlah Sooji.

Ayahnya begitu bangga dengan kehadiran Soobin, dan harapannya tertumpu agar putranya itu kelak menjadi penerusnya. Sayangnya setelah kelahiran anak-anaknya keadaan mulai memburuk. Keadaan ekonomi mereka mulai mundur. Soobin dan Sooji tak menyadari hal itu. mereka asik dengan dunian masa kecilnya. Baru ketika ibu mereka wafat di saat Sooji berumur tujuh belas tahun, kehidupannya berubah. Ia menyadari, kini tak ada yang mengurusi ayahnya, karena pada saat yang sama Soobin telah menyusul ibunya ke surga.

Keadaan Tuan Bae semakin memburuk, sedangkan ayahnya tidak bisa diharapkan lagi sejak Soobin meninggal. Pria tua itu tenggelam dalam keputus-asaan dan tak mampu bersikap sebagaimana mestinya, sehingga Sooji berpikir, tidak ada seorangpun yang bisa menyelamatkan tempat ini kecuali Tuan Bae yang baru.

 Sooji saat ayahnya sakit, gadis muda itu berusaha menghubungi saudara sepupunya itu pulang. Hal itu tak mudah karena Sepupunya, Myungsoo sudah lama merantau sejak kedua orang tuanya meninggal. Sooji juga memberi tahukan sepupunya itu melalui surat bahwa ayahnya sakit keras, dan Myungsoo ahli waris tempat ini maka akan lebih baik baginya untuk segera pulang. Sooji tidak tahu apakah sepupunya akan pulang atau tidak, sebab hampir tiga bulan lamanya ia sama sekali tak mendapatkan kabar.

~OoO~

“Apa anda baik-baik saja, Nona?” tanya Tuan Lee.

“Aku akan baik-baik saja.” balas gadis muda tersebut berusaha tegar. Sesungguhnya di dalam hati Sooji, ia ingin berteriak sekencang-kencangnya. Ia merasa gugup dan takut untuk menghadapinya. Bertemu dengan sepupunya, Myungsoo yang sama sekali tak mempunyai hubungan darah dengan dirinya. Ya, Myungsoo adalah putra bawaan dari suami adik ayahnya. Pernikahan adik ayahnya tak mendapat keturuan sehingga semua alih waris jatuh kepada Myungsoo.

“Aku akan baik-baik saja…” ulangnya untuk meyakinkan Tuan Lee. Padahal saat ini ia sedang berusaha sekuat tenanganya untuk menahan air matanya yang siap jatuh, tiba-tiba Sooji berkata dengan nada yang tinggi, sampai-sampai Tuan Lee terkejut. “Tuan Lee, aku punya ide!”

“Apa itu?”

“Aku akan tetap di sini saat Bae baru tiba, tapi dia tidak boleh mengetahui siapa aku sebenarnya.” jelas Sooji.

Tuan Lee memandang bingung. “Maksudmu?”

“Aku ingin bekerja di sini. Untuk itu kau harus setuju.”

“Sudah kukatakan padamu, Nona. Kalau hal ini tidak mungkin kau lakukan.”

“Ya, aku mengerti, tapi ideku ini bisa dilaksanakan tanpa menimbulkan  kekhawatiran seperti yang kau pikirkan.”

Tak lama Tuan Lee bertanya kembali. “Aku tak mengerti?”

Dengan sangat hati-hati, Sooji memberitahu kalau dia akan menjadi kepala pelayan di rumahnya sendiri. Kebetulan dia dan sepupunya Myungsoo belum pernah bertatap wajah, jadi tak sulit untuk Sooji berpura-pura menjadi pelayan di sini. Tuan Lee ragu bila itu akan berdampak baik atau berdampak buruk untuk Sooji.

“Jadi kumohon, biarkan aku melakukan penyamaran.” pinta Sooji tapi langsung dibantah tegas oleh pria tua tersebut. “Itu tidak mungkin! Saya tak setuju!!” seru Tuan Lee menentang keinginan Nonanya.

“Apakah, kau tak sadar juga, ini semua aku lakukan untuk menyelamatkan diriku dari penghinaan. Aku bisa dan akan aku lakukan. Aku akan tetap tinggal di sini, tentu saja. tapi aku tidak ingin seperti pengemis yang selalu menadahkan tangan untuk menerima belas kasihan.” tungkas Sooji.

Tuan Lee terdiam untuk sesaat. “Tapi Nona Sooji, tak mungkin kau tinggal di sini dengan keadaan yang seperti itu.”

“Sekarang kau, melihat itu dengan sudut pandang yang berbeda dengan diriku. aku akan sangat terhina bila aku tak bisa melakukan apapun di rumahku sendiri. Jika aku menjadi kepala pelayan, tak ada halangan bagiku untuk meminta bantuan pada pelayan rumah.”

“Cobalah dengarkan saya, Nona Sooji. Ada sesuatu yang tak bisa anda lakukan dan apa yang tak baik untuk anda lakukan. Berterus terang sajalah pada pengganti Tuan Bae sekarang.” ujar Tuan Lee mencoba meyakinkan Nonanya.

Sooji semakin bingung dengan jalan pemikiran pengacara keluarganya. Mengapa Tuan Lee begitu mencemaskan dirinya, padahal dia bisa menjaga dirinya sendiri. “Aku tak mengerti, mengapa kau terlihat sangat cemas.” kata Sooji.

Sebenarnya Tuan Lee merasa betapa lugu dan polosnya pemikiran gadis muda ini. Sooji menganggap semua akan selesai dengan sederhana itu. Padahal semua itu tak dapat di selesaikan dengan sesederhana itu. Tuan Bae yang baru akan lebih tertarik dengan kepala pelayan  apabila kepala pelayan itu adalah seorang gadis muda yang cantik.

“Tidak ada alasan bagimu mengangap Tuan Bae yang baru itu tidak baik. Selain itu sebagai keturunan keluarga Bae, pasti dia mempunyai keturunan yang baik.”

Sooji tertawa saat Tuan Lee mengatakan keturuna Bae. “Kim… dia keturunan dari keluarga Kim, bukan Bae!” tegas Sooji mengingatkan kepada lelaki paruh baya tersebut.

“Bagaimanapun saya tetap tak ingin, Nona Sooji menangung resiko yang besar.” ucapnya. “Rubalah pemikiran Nona yang semacam itu. atau anda pergi tinggal dengan kerabat keluarga yang lain.”

“Yang mana?” tanya Sooji. “Dan di mana mereka tinggal? Tuan Lee juga tahu, tak ada satu pun yang datang di pemakaman ayah. Aku sempat berpikir kalau ayahku itu tak punya sanak saudara lagi di saat bibi Hyuna tiga tahun yang lalu meninggal dunia dan kemudian suaminya menyusul dua tahun kemudian.”  balas Sooji dengan penuh putus-asa

“Saya akan mencari kerabat Nona, di mana pun itu. jadi Nona, tak perlu mencemaskannya.” ungkap Tuan Lee.

“Jika Tuan Lee melakukan itu, maka aku anggap kau berusaha membuangku dari kediamanku sendiri dan menyuruhku untuk mengemis kepada mereka!” teriak Sooji seakan menjelaskan kalau dia tak akan mau melakukannya.

Sesaat keduanya terdiam, tak lama kemudian Sooji kembali berbicara. “Ini adalah rumahku. Dan Cuma ini yang tersisa dari yang kumiliki. Jika aku dan Jack harus pergi dari sini, lebih baik kami menceburkan diri ke dalam danau, atau mati dengan terkena peluru senapan.”

Sooji kemudian memandangi potret kakek buyutnya yang tergantung di dinding tepat di atas meja kerja ayahnya.  “Aku pemilik tempat ini!” kata Sooji kali ini suara gadis itu mulai bergetar. “Jika Tuan Lee mengkhawatirkan diriku, kau boleh menjagaku.”

“Yang terakhir bisa kau lakukan adalah menunjukan padaku, di mana permata-permata Nizam tersebut bersembunyi.” Sooji menatap potret kakek buyutnya saat muda, ia begitu tampan dan gagah. Sooji terdiam dan menatap dalam potret tersebut seperti hendak menunggu seseorang yang ada di dalam potret itu akan berkata kepada dirinya.

Tak lama Sooji memalingkan pandangannya dengan kesal. “Baiklah, jika kau tak mau menolongku. Aku akan menolong diriku dengan caraku sendiri. Hanya ini yang bisa aku lakukan sekarang.”

“Pasti akan ada cara keluar yang lebih baik, Nona Sooji. Anda hanya butuh kesempatan di saat waktu yang tepat.”

Sooji tertawa geli. “Inilah kesempatannya dan ini juga waktu yang tepat. Setidaknya aku masih mempunyai tempat untuk bernaung sebelum pengganti Tuan Bae datang dan merebut semuanya dariku.”

“Setidaknya, akan ada perubahan dalam kehidupanku yang telah monoton untuk tiga tahun belakangan ini, entahlah ini akan berjalan baik atau sebaliknya.” lirih batin Sooji sambil menatap lembaran surat wasiat peninggalan ayah tercintanya.

-TBC-

~OoO~

Yuuhuu… salam kenal semuanya…

Perkenalkan Phiyun author baru di sini… ini post-san pertamaku di sini. semoga kalian menyukainya yah…^^

Penasaran sama sambungan ceritanya?? kalau gitu jangan lupa tinggalkan komennya yah atau kata kerennya tuh feed back, biar daku lebih semangat lagih buat nulis kelanjutannya, kalau penulisnya semngatkan kan pastinya bakalan cepet juga buat update kelanjutannya/modus nih penulisnya, hehe/ ><

Oceh deh cuap-cuapnya… sebelum dan sesudahnya Phiyun ucapkan terimakasih buat good readers yang udah meninggalkan jejaknya disini… see you next part 2 ❤

53 responses to “The Lady [Chapter 1]

  1. Hi… semangat ya thor!!! Cerita n alurnya keren… bikin penasaran.
    Kykx bakal terjadi konflik antara Myung dg Sooji.. apalagi Sooji menyamar jd pembantu. Bs jadi dia diperlakukan semaunya olehvMyung… lanjut…

    • Iya, kasian banget yah uri suzy…(T.T) benernya penulisnya gak tega juga buatnya…
      Btw Makasih yah dah nyempetin mampir kemari buat baca 💖

  2. Pingback: The Lady [Chapter 5] | Kingdom of Suzy's Fanfiction·

Leave a reply to di08kha Cancel reply