Bi, Barish, Rain (Special Part)

Bi, Barish, Rain2 copy

Title : Bi, Barish, Rain | Author : dina | Genre : Family, Romance, Married Life | Main Cast : Kim Myungsoo, Bae Sooji | Other Cast : Jung Ill Woo (as Kim Ill Woo), Sonam Kapoor (as Roja Singh), Kim Barish, Nam Taehyun, others

Disclaimer   :

Bi, Barish, Rain fanfic yang menghadirkan cerita kasih sayang seorang wanita terhadap keluarganya. Fanfic ini mungkin tidak semenarik fanfic romance lainnya, namun author berharap fanfic ini mampu menghadirkan cerita novel dengan bahasa yang sederhana. Seperti munculnya pelangi yang indah dibalik hujan, seperti itulah tema cerita fanfic ini. Ide, alur dan plot murni pemikiran author, all cast belongs to God, their parents and their agency, enjoy it readers ^^

Dengan segenap cinta

-dina-

Poster by rosaliaaocha

Myungsoo memasuki halaman rumahnya, tampak Sooji sedikit kesulitan menata bunga yang mereka beli satu bulan yang lalu. Beberapa tanaman bonsai sakura yang cantik menghiasi halaman depan rumah mereka, seakan-akan hendak menyambut lahirnya adik Barish di dunia ini. Dengan memasang senyum geli, ia menghampiri istrinya yang telah berhasil menaikkan berat badannya sebanyak 18 kilogram dalam kurun waktu mendekati bulan kesembilan.

Aigo..sayang, pelan-pelan. Kajja kubantu.” Myungsoo meraih pot tanaman di tangan Sooji.

“Lihat oppa, bunga sakura mulai bermekaran, cantik keutchi?”

“Hem..tidak sia-sia kau merawatnya.” Myungsoo menata kembali bonsai-bonsainya, kemudian menatap puas kuncup bunga berwarna pink blossom.

“Kau masak apa hari ini?” Myungsoo menggandeng tangan Sooji, memeluk pinggang Sooji dengan sebelah tangannya. Sooji melingkarkan tangan kirinya ke pinggang Myungsoo, sebelah tangannya membawakan tas kerja dan jas Myungsoo.

Yangnyeom tongdak dan sup kimchi, otte?”

Jhoa!”

—–

Myungsoo keluar dari kamar mandi, mendapati Sooji tengah duduk merajut sarung tangan kecil. Memasuki kehamilannya di bulan ke sembilan, Sooji memutuskan untuk cuti dari mengajar dari sekolah milik Emily. Terkadang jika ia rindu, Emily akan membawa serta dua putra putrinya, Judy dan Jason mendatangi rumah mereka. Beruntungnya Sooji, ia mendapatkan banyak nasehat seputar kehamilan dari Emily dan Seulgi yang telah melahirkan putra pertamanya dengan Taehyun. Nam Chung Hee, sebuah nama yang Taehyun berikan, berharap anaknya kelak akan tumbuh seperti Barish. Siapapun yang mengenal Barish pasti akan mendambakan anak lelaki tampan seperti dirinya, anak lelaki berusia 10 tahun yang dianugerahi otak cerdas.

“Kau belum tidur?”

Ajig oppa..sedikit lagi selesai.”

“Kau membuatnya sendiri?”

“Hem..”

Myungsoo menatap wajah Sooji lama, ingatannya kembali ke beberapa tahun silam. Kenangannya akan masa-masa pertunangannya dengan Sooji, kehadiran Barish dan Taehyun yang menemani hari-hari mereka menjadi lebih menyenangkan. Siang tadi ia menerima kabar dari Ill Woo, mereka akan mengunjungi Korea 2 minggu lagi. Setidaknya hampir bertepatan dengan kelahiran aegy-nya kelak. demi apapun jika Myungsoo seorang pria yang cengeng, ia akan menangis bahagia memeluk Sooji. Perjuangan panjang mereka mendapatkan aegy setelah menjalani pernikahan selama 4,5 tahun dengan segala pengalaman yang luar biasa. Myungsoo mendekatkan tubuhnya ke tubuh tambun istrinya.

“Sooji-ya..”

Ne oppa?” Sooji menolehkan kepalanya ke samping kanannya. “Waeyo?” kelopak matanya mengerjap menatap Myungsoo yang masih terdiam menatapnya sambil tersenyum lembut.

Gomawo sayang..” Myungsoo mendekatkan wajahnya, menyentuhkan telapak tangannya di pipi Sooji, perlahan mencium bibir Sooji. Sebuah ciuman sayang yang akhir-akhir ini jarang ia berikan karena kesibukan luar biasa menangani proyek di Busan. Sooji memejamkan matanya, tersenyum diantara ciuman mereka.

“Kau kenapa oppa?” Tangan Sooji terulur mengelus pipi suaminya, “kau merindukanku?”

“Hem..sangat!”

Aigoo…”

“Aku sangat mencintaimu sayang, dan aegy kita..”

Oppa..” Sooji memegang kening suaminya, “kau tidak sedang sakit kan?” tanyanya dengan kepolosan yang selalu berhasil membuat Myungsoo gemas.

Aniya..aku tidak sabar menunggu kehadirannya,” Myungsoo mengelus perut besar Sooji, “Lihat dia bergerak!” Myungsoo semakin dibuat takjub dengan gerakan kecil dan berulang dari perut Sooji.

“Sehat-sehat ne, kami akan setia menunggumu hadir di dunia ini..” Myungsoo menempelkan pipinya di perut Sooji, mencium setiap gerakan kecil dari aegy mereka. Sooji tersenyum melihat rona bahagia Myungsoo.

“Seandainya Barish di sini, mungkin dia akan sama sepertimu oppa,” Sooji mengelus pelan kepala Myungsoo yang masih setia menempel di perutnya.

“Kurasa, ah iya aku hampir lupa!” Myungsoo menegakkan kembali tubuhnya, “hyung dan Barish akan mengunjungi kita 2 minggu lagi!”

Jinca?!”

“Hem…aku baru saja akan mengatakannya padamu.”

Aigo..Roja eonni dan Lalita?”

“Mereka juga ikut, mungkin hanya 3 minggu mereka berlibur di sini, bukankah ini menyenangkan sayang?”

Sooji menganggukkan kepalanya berkali-kali, pikirannya langsung melayang, mempersiapkan apa saja yang akan ia beli untuk kedatangan Barish dan Lalita.

“Kurasa aku akan mengajak Solbi berbelanja oppa.”

“Belanja? Untuk Barish?”

“Yap, ah aku tidak sabar menunggu kedatangan mereka. Omo! Sepertinya hampir bersamaan dengan kelahiranku keutchi?”

“Hem..sepertinya hyung telah merencanakan perjalanan ini.”

“Aku senang oppa!” Sooji tersenyum cerah, mencium pipi Myungsoo, menepuk-nepuknya menghantarkan rasa bahagianya.

Appo..” Myungsoo mengelus pipinya, pura-pura memasang wajah kesakitan.

Mianhe..” kekeh Sooji sambil menyingkirkan rajutannya, meletakkannya di di nakas samping ranjang, kemudian memberikan obat paling mujarab untuk suaminya. Mencium pelan bibir Myungsoo.

“Kau semakin pintar sayang..” puji Myungsoo sambil mengedipkan sebelah matanya.

Aigo oppa, kajja kita tidur..aku lelah.” Sooji membaringkan tubuhnya, ia menaruh bantal tipis di pinggangnya, memberikan rasa nyaman di tidur terlentangnya. Myungsoo membetulkan selimut mereka, berbaring menghadap Sooji. Tangannya melingkar di sekitar perut besar istrinya.

Jaljayo sayang..” bisiknya yang kemudian terdengar dengkuran halus. Sooji tertidur pulas.

—–

“Chunghee-ya, annyeong!” Sooji memainkan mainan bunyi-bunyian yang berhasil membuat Chunghee tertawa, Seulgi mengunjungi kediaman Myungsoo pagi ini bersama Taehyun. Myungsoo terlalu sibuk untuk mengantarkan Sooji ke rumah mereka, alhasil Taehyun memutuskan merekalah yang mengunjungi Sooji.

“Kapan kau melahirkan Sooji-ya?” tanya Taehyun.

“Menurut perkiraan 8 hari lagi,” Sooji masih sibuk dengan Chunghee yang terlihat sangat lucu di usia 6 bulan ini, gigi bagian bawahnya mulai tumbuh. “Chunghee-ya..beruntungnya dirimu mendapatkan wajah selayaknya eomma-mu sayang!” puji Sooji yang berhasil membuat alis Taehyun berkerut. Sementara itu Seulgi terkekeh geli, ia sangat mengerti maksud perkataan Sooji.

Ya! dia mirip denganku, semua orang mengatakannya. Hanya hidung saja yang mirip dengan eomma-nya,” protes Taehyun yang sontak membuat Sooji tertawa keras. Dan tebak saja, Chunghee yang mulai belajar duduk hanya mengerjap-erjapkan kelopak matanya.

“Seharusnya kau bersyukur Taehyun-ah, anakmu sangat tampan!” Sooji mengacungkan jempolnya tinggi-tinggi.

“Aku pulang!” Terdengar suara Myungsoo dari halaman rumah mereka.

Oremani hyung!” sapa Taehyun.

Eoh Taehyunie, Seulgi-ya, annyeong..kapan kalian datang?”

“2 Jam yang lalu,” jawab Taehyun.

“Ini semua karena kau terlalu sibuk oppa, Taehyun mengalah untuk mengunjungiku.” Protes Sooji sembari mempoutkan bibirnya.

Mianhe…proyeknya hampir 100 persen selesai, setelah ini aku akan lebih banyak waktu luang untuk kalian.” Myungsoo melepas jas kerjanya, berjalan ke arah dapur. Mengobrol ringan dengan Taehyun, obrolan seputar pekerjaan dan anak mereka.

“Kau harus bersiap terjaga di malam hari hyung!”

Jinca? Apakah melelahkan?”

“Pertanyaan aneh, tentu saja hyung. Tapi itu semua terobati ketika aku melihat Chunghee tertawa..” Taehyun menatap sayang putra semata wayangnya.

Aigo..kau benar-benar menjadi appa Taehyunie!” Myungsoo menepuk pundak Taehyun. Mereka berdua menatap Sooji, Seulgi dan Chunghee yang sibuk dengan dunia mereka.

“Apa kabar Barish?”

“Ah iya aku lupa belum mengabarimu, dia akan datang beberapa hari lagi.”

“Benarkah?”

“Hem..”

“Seperti apa ia sekarang hyung? Masih samakah dengan terakhir kau perlihatkan padaku?”

“Mungkin lebih tinggi lagi, anak itu tumbuh sangat baik di London.”

Arra…aku akan menantikannya, pantaslah Sooji memaksaku dan Seulgi mengantarkannya berbelanja.”

Ne..mianhe Taehyunie, aku merepotkan kalian.”

Gwenchana hyung, asalkan ketika Sooji akan melahirkan, kau harus berada di sampingnya.” Saran Taehyun.

“Pasti!” Myungsoo menjawab penuh kemantapan.

—–

“Kau belanja apa saja?” Myungsoo mendapati Sooji sibuk melipat baju dan kaos anak-anak yang tadi ia beli bersama Seulgi.

Ige untuk keluarga Ill Woo oppa, ini untuk Lalita..” Sooji mengangkat dres pink sederhana seukuran tubuh Lalita, “dan ini untuk Barish..mungkin dia semakin besar oppa?”

“Kurasa…” Myungsoo membuka laptopnya, malam ini sepertinya ia akan kembali tenggelam dengan pekerjaannya. Myungsoo seklias melihat Sooji memegang perutnya, kemudian menghembuskan nafas pelan.

“Kau kenapa?” tanya Myungsoo sambil menggosok punggung Sooji.

Ani..gwenchana oppa, mungkin aku terlalu lelah..” jawab Sooji, ia kembali menarik nafas dalam kemudian menghembuskan perlahan. Menghantarkan keluar rasa sakit dari perutnya.

“Apa mulai kontraksi? Mungkinkah kau akan melahirkan lebih cepat?” Myungsoo menatap cemas Sooji, ini pengalaman pertama mereka. Bibi Shim hanya menemani Sooji di pagi hingga sore hari, selebihnya hanya ada ia dan Sooji di rumah mereka.

Gwenchana oppa..sudah lebih baik,” Sooji menyamankan posisi duduknya. “Kau lanjutkan pekerjaanmu oppa, aku sudah lebih baik.”

“Kau yakin?”

“Hem..” Sooji menganggukkan kepalanya pelan. Matanya mulai terpejam.

3 Jam kemudian.

Myungsoo menutup laptopnya, pekerjaannya selesai lebih cepat. Setelah mematikan lampu ruang kerjanya, ia beranjak ke kamarnya. Setengah terkejut, ia mendapati Sooji merintih kecil sambil mengelus perut besarnya.

“Ya Tuhan Sooji-ya!” Myungsoo duduk di samping istrinya.

Oppa…appo….”

Ne?! bagian mana yang sakit?”

“Perutku…aegy…”

“Apa kau kontraksi lagi sayang? Kakimu basah?” Myungsoo melihat cairan mengalir pelan di kaki Sooji.

“Kurasa oppa…ah!! Sakit!”

Myungsoo beranjak dari sisi ranjang, menelepon eomma-nya. Sebentar kemudian ia mengambil koper yang telah berisi baju Sooji. Beberapa hari yang lalu Sooji sengaja mengepak baju-bajunya di dalam koper yang akan ia bawa nantinya saat melahirkan.

Kajja..kita ke rumah sakit. Aku telah menelepon suster, ia akan memanggil dokter Choi.”

Myungsoo berusaha setenang mungkin menghadapi wajah pucat istrinya. Pelan-pelan ia menggandeng tangan Sooji yang berkali-kali menghembuskan nafasnya yang mulai tersenggal menahan sakit. Beruntunglah mereka, jalanan kota Seoul mulai lenggang di jam 11 malam itu. Tanpa banyak kendala, Sooji telah berhasil berbaring di ranjang menuju persalinan. Suster memeriksa kondisi Sooji.

“Dokter Choi sedang dalam perjalanan kemari, istri anda mengalami pecah ketuban, sebisa mungkin diupayakan untuk melahirkan secepatnya..”

“Apa istri saya akan baik-baik saja suster?”

“Anda tidak perlu khawatir tuan Kim, istri anda bahkan telah mengalami pembukaan.”

“Syukurlah..” Myungsoo sedikit bernafas lega, ia mengambil ponselnya hendak memberi kabar keluarga besarnya. Tak lama Dokter Choi datang dan langsung memeriksa kondisi Sooji. Sooji dengan ketenangan luar biasa hanya meremas lengan Myungsoo. Dokter menjelaskan jika Sooji siap melahirkan, 8 hari lebih awal dari perkiraan.

“Bagaimana kondisi istri saya dokter?”

“Kami sedang mempersiapkan segala keperluan melahirkan istri anda tuan Kim. Setelah kontraksi yang terjadi, mulut rahim istri anda yang semula hanya membuka sedikit akan melunak dan terbuka semakin lebar. Mulut rahimnya akan terlihat semakin datar kemudian menyatu pada rahim bagian bawah. Saat inilah pembukaan lengkap terjadi dan bayi anda dengan sendirinya akan mencari jalan keluarnya,” jelas dokter Choi. “Posisi aegy-nya juga telah siap, kepala telah berada di bawah. Kita doakan yang terbaik untuk keselamatan istri dan bayi anda!” Dokter Choi tersenyum sembari menepuk bahu Myungsoo.

“Bolehkan saya menemani Sooji di dalam?”

“Silahkan, mungkin dengan kehadiran anda, istri anda akan lebih tenang..”

Ne dokter, ghamsahamida!”

—–

Tuan Kim beserta Solbi telah sampai di rumah sakit, Myungsoo tampak telah siap dengan baju yang harus ia pakai saat berada di dalam ruang persalinan.

“Kau harus kuat Myungsoo-ya!”

Ne appa. Aku masuk!” pamit Myungsoo.

Myungsoo menatap suster dan dokter yang sibuk menata peralatan persalinan. Sooji masih berusaha meredakan rasa sakitnya. Ia tampak berkali-kali mengatur nafasnya. Menghembuskan sesuai petunjuk suster. Myungsoo berusaha menguatkan Sooji, membisikkan kata-kata yang mampu menenangkan Sooji sembari merapalkan doa demi kelancaran persalinan.

“Bagus sekali Ny. Kim!” Dokter Choi memeriksa kembali mulut rahim Sooji yang telah mengalami pembukaan sempurna. Myungsoo berdiri di samping Sooji, merelakan tangannya memerah. Sooji hampir tidak mengeluarkan teriakan, ia berhasil menerapkan pernafasan yang selama ini ia pelajari saat senam kehamilan. Nafasnya cukup teratur, hingga saatnya dokter menyuruhnya mengejan, Sooji melakukannya dengan baik.

“Bagus Sooji-ssi, dorong lagi!” perintah dokter Choi. Sooji semakin meremas lengan Myungsoo. Keringat membanjiri seluruh wajahnya, dagunya sesekali mendongak ke atas ketika mendorong janinnya keluar dari rahimnya. Sooji melakukan panting, bernapas pendek-pendek ditiupkan dari mulutnya saat merasakan nyeri kontraksi disertai dorongan kuat untuk mengejan. Ia melakukan sesuai perintah dokter Choi. Sungguh Myungsoo sebenarnya tidak tega melihat wajah Sooji menahan sakit yang luar biasa, jika diijinkanpun ia ingin berbagi rasa sakit yang dialami Sooji.

“Kau bisa sayang!” Myungsoo mengatakan berkali-kali kepada Sooji.

“Kepalanya muncul! Ucap dokter Choi, suster mulai mengambil selimut. “Dorong lagi!”

Sooji mengejan panjang sekuat tenaga, kepala aegy berangsur-angsur bergeser hingga menuju pintu luar rahim. Akhirnya, kepalanya tampak menonjol dan meregangkan kulit di daerah perineum. Sooji mengalami crowning, merasa sensasi rasa terbakar atau tersengat di sana. Tak lama seluruh kepala bayi keluar, kepalanya memaling ke arah paha Sooji. Dengan dorongan Sooji berikutnya, sisa tubuhnya yang lain meluncur keluar diikuti keluarnya cairan ketuban. Lega! Inilah momen terindah bagi Sooji dan Myungsoo, aegy mereka terlahir disertai tangis yang memecah ruang persalinan dan ajaibnya rasa sakit yang dirasakan Sooji seperti hilang tidak berbekas.

“Selamat tuan Kim, anak anda laki-laki!” Ucap dokter Choi, ia menyerahkan aegy kepada suster yang membersihkan sisa ketuban dan lendir di tubuh aegy Sooji. Suster menimbang berat badan dan mengukur tinggi kemudian dilanjutkan dengan meletakkan aegy di dada Sooji. Selanjutnya ia membiarkan proses inisiasi dini. Airmata Sooji tumpah tak terbendung, ia menangis terisak membelai tubuh fragile aegynya. Myungsoo memandang takjub lelaki kecil berbobot 3.17 kilogram. Sebuah proses kelahiran yang cukup memakan waktu berhasil mereka lalui. Melihat aegy mereka berhasil menemukan sumber asupan makannya membuat Myungsoo meneteskan airmatanya. Ia mengecup kening Sooji berkali-kali, dengan pelan ia mengecup pipi gembul aegynya.

“Terima kasih sayang..” Myungsoo membelai lembut rambut Sooji yang basah. Tangan Sooji terulur menopang dan menjaga tubuh mungil eagynya. Bahkan jahitan yang dilakukan dokter Choi tidak lagi ia rasakan. Sooji bahagia, sangat. Melebihi kebahagiaan yang ia dapatkan selama ini dalam hidupnya.

“Ia tampan oppa..” Sooji tersenyum lembut, merasakan geli ketika secara insting aegy Sooji mengulum pelan dadanya.

—-

“Sooji telah melahirkan!” Myungsoo memegang ponselnya, kabar persalinan Sooji telah sampai di telinga Ill Woo. Barish berjingkrak senang mengetahui kedatangannya ke Korea nantinya akan disambut adik baru. Ill Woo sengaja merahasiakan jenis kelamin aegy Sooji, ia ingin memberikan kejutan untuk Barish.

Is it a boy or a girl?” tanya Barish penuh semangat.

What do you think dear?”

It would be nice if I have a new brother papa.

Ill Woo tersenyum melihat tingkah Barish yang dengan sendirinya sibuk mempersiapkan kado apa yang akan ia berikan untuk adik barunya. Dahulu ketika Lalita akan terlahir di dunia ini, ia dan Lauren sibuk menghias kamar dan menyiapkan kado perempuan karena mamanya telah memberitahukan jika adik yang terlahir nantinya akan cantik. Kali ini karena misi rahasia papanya, Barish merasa yakin adik yang terlahir dari mommy-nya berjenis kelamin lelaki. Lauren memberinya ide untuk membelikah kado yang bisa dipakai untuk bermain adik lelaki maupun perempuan. Barish memilih membelikan selimut berwarna hijau lengkap dengan baju dan jaket rajut, bemotif tangga nada seperti yang Sooji hadiahkan dulu ketika ia masih di Korea.

Is it cute?” tanya Lauren memegang rompi rajut berwarna cokelat muda bermotif teddy bear.

I’ll pick this one too!” ucap Barish penuh semangat. Ia membayangkan akan sangat menyenangkan mengunjungi keluarganya di Korea. Setidaknya ia juga akan bertemu dengan Taehyun, samchon yang dulu setia menemaninya bermain piano.

“Taehyunie samchon, Solbi aunty,wait for me…”

—-

Ill Woo menunggu kopernya di pengambilan bagasi bandara. Ia dengan sabar menunggu koper-koper besarnya berjalan melewati conveyor. Barish mengedarkan pandangannya sekeliling bandara, tas ransel setia bertengger di punggungnya. Lalita yang tampaknya kelelahan masih terlelap di gendongan Roja. Jam menunjukkan pukul 3 sore, setelah melewati perjalanan hampir 13 jam penerbangan, sepertinya Lalita mengalami jetlag. Namun tidak dengan Barish yang dengan antusias menapakkan kakinya di bandara. Ill Woo menerima panggilan dari Myungsoo yang telah menunggunya sedari tadi di pintu kedatangan luar negri. Setelah memeriksa semua barang bawaan mereka, Ill Woo mendorong trolinya, sedangkan troli satunya didorong oleh Barish yang telah cukup besar dan tinggi mendorong troli kedua mereka.

“Ill Woo hyung!” terdengar suara Myungsoo dari kejauhan yang masih melambaikan tangan berkali-kali. Di sampingnya telah berdiri tuan Kim yang nampak terpesona melihat keluarga putra pertamanya.

Appa! Myungsoo appa!” Barish berlari meninggalkan trolinya menuju Myungsoo.

Aigo Barisha!” Myungsoo memeluk erat Barish, mencium pipi kemerahannya, menangkupkan kedua telapak tangannya di pipi putra tercintanya. “Lihat kau bertambah tinggi, baru beberapa bulan appa mengunjungimu, kau semakin besar!” Myungsoo mengacak gemas rambut Barish.

“Myung bantu kami!” panggil Ill Woo, sementara Myungsoo membantu Ill Woo mendorong trolinya, Barish memeluk tuan Kim.

Annyeonghasimika Kakek!” sapa Barish dengan sopan, Tuan Kim membuka kedua tangannya menyambut pelukan Barish.

How are you Barish?”

I’m fine thank you. What about you Harabhoji?” Barish dengan fasih mengucapkan nama kakek dalam bahasa Korea.

“Kakek sangat baik, aigo..kau masih bisa berbahasa Korea?”

Barish menganggukkan kepalanya, “a little..” senyumnya yang membuat tuan Kim terkekeh geli.

Appa..” Ill Woo memeluk tuan Kim diikuti Roja dan Lalita yang masih tertidur di gendongan Roja.

“Dia Loli?”

“Iya, Kim Lalita..”

Yeppo..neomu yeppo!” Tuan Kim membelai rambut Lalita.

Kajja hyung, Sooji menunggu kita di rumah!” ajak Myungsoo.

“Apa adikku sehat appa?” tanya Barish sambil menggandeng tangan Myungsoo.

“Adikmu sehat, mommy juga!”

“Aku tidak sabar bertemu mommy!”

—-
Taehyun sibuk membantu Seulgi menggendong Chunghee, Seulgi masih setia membantu Sooji mengurus Kim In Soo bayi lelaki Sooji dan Myungsoo.

“Angkat pelan kepalanya..” Seulgi mengajari Sooji menggeser tubuh Insoo ketika ia menggantikan popok yang basah. Genap satu minggu Insoo menemani hari-hari Sooji dan Myungsoo. Nyonya Kim, eomma Myungsoo memutuskan untuk tinggal sementara bersama mereka. Namun karena hari ini Ill Woo dan keluarganya datang, mereka berkumpul di rumah tuan Kim. Rumah besar yang akan diramaikan 3 cucu appa Myungsoo nantinya.

“Mereka datang.” Taehyun berdiri membawa Chunghee dalam gendongannya, ia menyambut Ill Woo dan keluarganya.

“Taehyunie uncle!” Barish memekik kegirangan melihat pamannya menggendong Chunghee

“Barish..apakah itu kau?”

“A ha!”

“Ya Tuhan kau sudah besar!” pekik Taehyun, “Seulgi-ya!” panggil Taehyun. “Ajak Chunghee, aku membantu hyung membawakan kopernya,” titah Taehyun.

Ne oppa..” Seulgi meraih Chunghee dari gendongan suaminya.

Aigo..Barisha!” Taehyun memeluk Barish erat, ia seakan tidak percaya melihat Barish yang tingginya mencapai bahunya.

How tall you are Barisha!” puji Taehyun yang disambut senyuman Barish. Sejenak ia mengalihkan pandangannya ke Seulgi. Dengan penuh semangat ia mendekati Seulgi.

Miss Seulgi, annyeonghasimika!” sapanya dengan sopan berhadapan dengan guru pianonya.

“Barish annyeong..” Seulgi mengelus pipi merah Barish.

Who is he?”

Your brother.”

Miss Seulgi’s son?”

“Yap!”

Cute!” Barish mengecup pipi bulat Chunghee.

“Barish!” tiba-tiba terdengar suara memekik dari dalam rumah.

Aunty!” Barish berlari ke dalam rumah mendapati Solbi tersenyum membuka kedua tangannya menyambut Barish. Roja berjalan di belakang Barish, Lalita ia turunkan dari gendongannya. Berjalan bersama bergandengan tangan.

“Loli?” tanya Solbi yang dianggukki Roja. “Pretty! Ah kalian cantik dan tampan!” Solbi bertepuk tangan melihat takjub kedua keponakannya yang seperti malaikat.

Where is mommy?” tanya Barish tidak sabaran.

“Di kamar,” jawab Solbi dengan cepat.

Barish setengah berlari menuju kamar Myungsoo, di dalam kamar Sooji tengah membereskan tempat tidur, Insoo berada dalam gendongan eomma Myungsoo.

Mommy!” Barish memekik kegirangan, berlari ke arah Sooji.

“Barish!” Sooji membalas pelukan Barish, ia melepas rasa rindunya yang berkali lipat. Bagaimanapun Barish masih menjadi putra tersayangnya.

“Kau semakin tampan nak..”

Yes mommy, I miss you so much mom!” Barish mengecup pipi Sooji berkali-kali.

Aigo…beri salam pada Granny..”

Annyeonghasimika Granny…” sapa Barish dengan senyum khasnya yang masih tersisa, masih sama dengan terakhir kali eomma Myungsoo melepasnya di bandara 4 tahun yang lalu.

“Kau sehat sayang?”

“Sehat Granny…”

Tuan Kim menghela nafas panjang. Hari itu semua tampak lengkap, kehadiran putra-putri beserta cucunya. Barish membuka kado yang ia persiapkan untuk Insoo, tak lupa Chunghee pun mendapatkan kado istimewa. Lalita yang sepertinya masih menyesuaikan diri tampak malu-malu. Namun Solbi berhasil membuatnya tersenyum tatkala jemarinya menyentuh piano, memainkan beberapa lagu anak-anak bersama Barish. Dalam 3 minggu ke depan sepertinya suasana hangat akan selalu menghinggapi kediaman appa Myungsoo.

“Terima kasih Mirae…” gumam Tuan Kim sembari tersenyum melihat betapa ramai rumahnya diselimuti keceriaan anak kecil.

—–

“Siapa nama adikku mommy?”

“Kim In Soo, kau boleh memanggilnya Insoo..”

“Ah…dia lucu!” Barish memegang jemari mungil Insoo yang masih terlelap tidur.

“Apa dulu aku juga seperti Insoo mam?” tanya Barish kepada Roja

“Hem…kalian mirip sekali,” jawab Roja sambil melipat selimut Insoo.

“Kau bahkan lebih tampan dari adikmu,” puji Sooji.

Really?”

“Hem…” Sooji tersenyum, sebelah tangannya membelai rambut Barish. Seperti biasa, jika melihat Lalita, Myungsoo akan setia menemaninya. Sepertinya Myungsoo telah jatuh cinta dengan kelucuan Lalita.

“Bagaimana kabar Lauren?”

“Lauren baik, ah iya dia menitipkan sesuatu untuk mommy.” Barish beranjak dari sisi Sooji, berlari ke arah kamarnya, mengambil sesuatu.

Roja duduk di sebelah Sooji, “Tampan..” senyumnya sambil mengecup pelan pipi Insoo.

“Apa dia mirip Barish eonni?”

“Hem..sedikit mirip, mereka sama-sama memiliki mata yang indah.”

“Aku setuju denganmu eonni, keluarga Kim memiliki kelopak mata yang khas..”

Barish berjalan mendekati Sooji, “Ini mom, Lauren yang memesannya khusus untuk mommy.” Barish menyerahkan kalung berbandul bunga dengan permata berwarna biru safir. Sangat cantik untuk dikenakan Sooji.

It must be very expensive sayang..”

“Tidak mom, ini bukan emas, “ jelas Barish yang membantu Sooji memakaikan kalung di lehernya.

“Lihat mom. Very pretty!”
Thank you Barish, sampaikan terimakasihku untuk Lauren.”

“Pasti mommy..”

Roja tersenyum melihat Barish dengan penuh semangat bercerita apa saja kepada Sooji. Insoo telah beralih ke dalam gendongan Roja. Lalita yang sepertinya penasaran ikut duduk di sebelah Roja. Ia bertanya seperti apa cara membuat adik yang spontan membuat Sooji tertawa geli mendengarkan celotehan Lalita.

“Sepertinya Loli ingin adik!” goda Sooji yang hanya dibalasa senyuman geli Roja.

“Kau belum merasakan betapa repotnya memiliki dua orang anak tanpa pembantu Sooji-ya.”

Ne eonni…mungkin aku akan mengalaminya suatu hari nanti”

“Oh iya kapan aku bertemu Kakek Bae?” tanya Barish.

“Esok…kau juga mungkin akan bertemu Judy.”

“Judy?”

“Hem..Judy” Sooji menganggukkan kepalanya mantap.

“Yeay!” sorak Barish yang membuat Myungsoo menggelelngkan kepalanya.

Aigo..lihat oppa..pesonamu menurun pada Barish,” kekeh Sooji.

—–
Hampir dua minggu terlewati Barish bersama keluarga besar Kim. Kakek Bae mengunjunginya esok harinya. Appa Sooji terkesima melihat pertumbuhan Barish, ia bahkan melakukan kesenangan mereka, bermain catur. Dan sekali lagi tuan Bae terkejut dengan perkembangan kemampuan Barish memenangkan pertandingan catur antara dirinya dan Barish. Taehyun tidak lagi sibuk dengan Chunghee karena Seulgi memberinya kesempatan berjalan-jalan dengan Barish. Berkeliling Seoul sepuasnya bersama Myungsoo, Ill Woo dan Barish.

“Kita mau kemana appa?” tanya Barish melihat mobil Myungsoo berjalan ke arah yang bukan arah rumah mereka.

“Kita mengunjungi Judy..” Myungsoo membelokkan mobilnya menuju kawasan sebuah perumahan.

“Judy? Anak Emily aunty?”

“Yap..Judy-mu Barisha” jawab Taehyun dengan senyum jahil, mencoba menggoda Barish.

“Mereka masih anak-anak Taehyunie, jangan kau ajarkan yang bukan-bukan,” protes Myungsoo yang disambut gelak tawa Ill Woo.

Aigo hyung, aku tidak sejahat itu!” protes Taehyun.

Barish yang tidak terlalu mengerti arah pembicaraan paman dan papanya mengalihkan pandangannya keluar. Mereka telah sampai di depan sebuah rumah yang ia tidak asing lagi.

“Apa dia Judy?” tunjuk Barish sembari melepas seatbelt-nya.

“Yap..cantik bukan?” balas Myungsoo.

“A ha..” Barish mengangguk sambil tersenyum. Ia membuka pintu mobilnya. Jaehyun menyambut kedatangan mereka beserta Emily dan Jason. Judy sepertinya belum menyadari kedatangan tamu spesialnya. Ia masih sibuk berkutat dengan bunga Lili miliknya.

Welcome back Barish!” sambut Emily sembari memeluk Barish, “Judy!” panggil Emily yang sontak membuat Judy menolehkan kepalanya. Sebelah tangannya masih memegang sekop kecil, ia menatap Barish yang mengampirinya. Judy tumbuh menjadi anak perempuan yang cantik. Rambutnya hitam legam menjuntai panjang di bahunya. Ia memakai baju berkebunnya.

“Hai Judy!” sapa Barish yang masih merasa canggung bertemu lagi dengan sahabat kecilnya.

“Barish?” tanya Judy.

Yes..it’s me, Barish!” jawab Barish, senyumnya merekah mendapati Judy masih mengingatnya.

“Barish annyeong!” sapa Judy dengan senyum cantiknya.

Aigoo…lihat mereka hyung!” Taehyun memekik pelan sembari menyenggol lengan Myungsoo.

“Hentikan Nam Taehyun!” Myungsoo menepuk keningnya. Mereka meninggalkan Judy dan Barish yang sepertinya tidak canggung lagi. Judy sibuk menjelaskan tanamannya kepada Barish yang tampak antusias menyimak penjelasan Judy. Waktu setengah hari ini mereka habiskan dengan bercerita dan saling bertukar barang. Barish berjanji akan mengajak Judy bepergian sebelum ia kembali ke London. Dan Judy dengan penuh semangat menyambut ajakan Barish.

“Kurasa kau bisa menjodohkan mereka hyung!” saran Taehyun dengan polosnya kepada Ill Woo sepulangnya mereka dari rumah Judy.

“Kau berpikiran terlalu jauh Taehyunie..” kekeh Ill Woo.

Aigo..Judy di Korea dan Lauren di London, daebak!” ucap Taehyun yang berhasil membuat Myungsoo menggelengkan kepalanya heran. Taehyun tetaplah Taehyun dengan ide konyolnya, sekalipun ia telah mempunyai putra.
—–

Myungsoo memasuki kamarnya. Setelah mengantarkan Taehyun dan Ill Woo pulang, ia memutuskan langsung pulang. Ada Sooji dan Insoo yang selalu ia rindukan.

Oppa…kenapa sampai semalam ini?” tanya Sooji setelah membukakan pintu rumahnya. Bibi Shim bersedia menginap di rumah mereka, membantu Sooji menjaga Insoo.

“Menemani Barish bertemu dengan Judy, kurasa mereka akan bepergian lagi setelah ini, tapi aku lelah mengantarkan mereka sayang..”

“Biarkan pak Cho yang membawa Barish jalan-jalan..”

Arra..dimana Insoo?”

“Dia tidur, mandilah oppa..temani aku tidur setelahnya,” pinta Sooji.

Ne..” Myungsoo mengecup ringan kening Sooji. Mengambil piyamanya menuju kamar mandi.

20 Menit kemudian

“Kau belum tidur?” Myungsoo merapatkan tubuhnya di samping Sooji yang tengah menyusui Insoo. Tangannya meraih jemari mungil putranya. Menatap dalam keheningan tiap gerakan Insoo.

“Insoo tampak semakin gembul keutchi?”

“Hem..anak lelaki lebih banyak minum daripada perempuan. Roja eonni mengatakannya padaku..” Sooji tersenyum membelai lembut rambut tipis nan hitam putranya.

“Kau tahu sayang, jika boleh aku berteriak maka dengan senang hati aku lakukan..” ucap Myungsoo sembari menatap Sooji.

“Berteriak? Karena apa?” alis Sooji bertaut mendengar keinginan suaminya.

“Meneriakkan betapa aku sangat mencintaimu dan Insoo, kalian anugerah terindah bagiku..”

Senyum mengembang di bibir Sooji, “aku sangat menyanyangi kalian oppa…kau, Insoo, dan Barish,” Sooji mengelus pipi Myungsoo.

Arra…” Myungsoo mendekatkan wajahnya, mencium lembut Sooji.

Gomawo sayang..lebih dari kata terimakasih telah memberiku kebahagiaan, kau benar-benar seperti eomma..” puji Myungsoo. Tangannya melingkar di bahu Sooji. Berusaha memeluk keluarga kecilnya.

Sooji tersenyum melihat kembali tingkah kekanakan berbalut kedewasaan suaminya. “Gomawo oppa..kalian terbaik yang pernah kumiliki.”

“Kau tidak ingin memberiku hadiah?” tanya Myungsoo.

Sooji mengecup lesung pipi suaminya, bahkan ciuman demi ciuman tidak cukup bagi dirinya sebagai rasa syukur memiliki suami seperti Myungsoo. “Saranghae oppa!”

Nado, nan manhi saranghae Sooji-ya…”

—–

“Kau yakin akan kembali ke London sayang?” Sooji mengelus lembut kepala Barish sesampainya mereka di bandara. Insoo masih berada dalam gendongan Solbi di dalam mobil. Mereka bertiga mengantarkan Ill Woo dan keluarganya pulang kembali ke London.

“Jangan lupa kabari mommy sesampainya di rumah,” pesan Sooji, jemarinya masih tertaut dengan jemari Barish.

Mommy akan mengunjungiku di London kan? Bersama Insoo juga?”

“Hem..suatu saat sayang, jaga diri baik-baik ne, kau juga harus menjadi oppa yang baik untuk Loli, promise me!”

Yes mommy, I will…” Barish mengecup pipi Sooji, memeluknya lama hingga kemudian melepaskan pelukannya. Ill Woo dan Roja berpamitan, Loli melambaikan tangannya sambil tersenyum cerah menuju pintu boarding.

Kajja…” Myungsoo menautkan jemarinya ke jemari Sooji sepeninggal Ill Woo dan keluarganya. Tidak perlu ilmuwan roket untuk melihat mereka berdua saling menyayangi.

I love you oppa..”

FIN

Akhirnya lunas juga posting part special ini. Mianhe bagi yang dari kemarin menunggu, saya baru sempat bikin hari ini. Sekali lagi terima kasih apresiasi readers terhadap ff ini, tinggalkan LONG KOMEN kalian ne, ghamsahamida!! ^^

89 responses to “Bi, Barish, Rain (Special Part)

  1. Aduh baca ini bikin mata berkaca sekaligus ketawa gr2 taehyun kocak bgt pas blg “Judy di Korea dan Lauren di London, daebak”
    Klo dipikir2 iya jufa ya.. Gen playboynya appa Myung sama taehyun nurun ke barish..

  2. Huhuhu… 😢😢😢😢 sudah bener2 fin. Benar2 cerita yg menguras emosi. Akhir yg luar biasa.. anugrah terindah bagi Myung sooji u saling memiliki setelah melewati sekian byk cobaan…
    Btw maaf thor masih kelewat part 12 nya nunggu pw dg setia… hehe. Terimakasih
    titinsetyo32@gmail.com

  3. Yeayyyyyy happy ending:D
    Keluarga besar kim+nam family berkumpul:D
    pasti rame banget rumah appa myungsoo kekeke~
    rame dan bertabur kebahagiaan:D
    barish barish dilondon lauren dikorea judy trs kmu milihnya siapa???
    Tpi aku paling seneng sma keluarga kecil myungsoo, Myungsoo+Sooji+Insoo nan jhoaaa
    Insoo cepetlah gede, eonni siap nunggu kamu kekekeke~ #abaikan
    Akhirnya setelah berbagai cobaan yg menerpa mereka, mereka bisa hidup bahagia jugaa:D
    Kak dina ditunggu karya2 selanjutnyaaaa^^

  4. haduh, akhirnya bisa baca part yg ini.
    Wah terharu banget sama part yang ini. Senang juga dengan kebersamaan keluarga suzy dan myungsoo. Feel nya dapat banget, kebahagiaan, kebersamaan, keharmonisan. Semuanya dapet banget, sesuatu yg ga bkalan bsa dgantikan apapun. Part yang ini benar2 special banget, seru, keren dan mnyenangkan. Makash kak utk ff nya dan dtuggu ff yg lain. Keep fighting and keep healthy 😊

  5. Akhir’nya suzy melahirkan bayi laki2 .akhir’nya mereka semua bahagia.sich barish udah ketemu sama suzy ,
    Senang banget ada special part’nya dan kim in soo lucu banget

  6. Ya ampun akhirnya happy ending juga, mereka semua bahagia. Myungsoo dan sooji juga, ahhh jhoae.. kak dina emang jjang

Comment, Please!