[Freelance] New Destiny Chapter 7

NEW DESTINY (COMPLETE)

Title : New Destiny | Author : danarizf| Genre :  Fantasy – Romance | Rating : Teen | Main Cast : L [Infinite] as Kim Myungsoo, Suzy [Miss A] as Bae Suzy | Support Cast : Hoya [Infinite] as Putra Mahkota Lee Howon, Krystal [F(x)] as Jung Krystal (2015) / Putri Mahkota Jung Soojung (Joseon), Jiyeon [T-Ara] as Park Jiyeon, Irene [Red Velvet] as Bae Joohyun, Minho [SHINee] as  Choi Minho

….

  

Joseon, 1365

“AAAAHHHH!!!”

Myungsoo menatap Suzy yang tengah berteriak dengan perasaan bersalah. Gadis itu terlihat sekali menahan kesakitan akibat hukuman yang diberikan padanya. Sungguh, Myungsoo tak tega melihatnya.

“TUNGGU!!” teriak Myungsoo saat melihat petugas yang mendapatkan bagian untuk menghukum Suzy akan melakukan hukuman itu sekali lagi.

Mendengar pekikan Myungsoo sontak membuat orang-orang yang ada disana menoleh dan menatap Myungsoo, termasuk Suzy yang menatapnya sambil meringis kesakitan. Myungsoo berjalan mendekati petugas interogasi.

“Hentikan semua interogasi ini! Sudah kubilang ini perintah Putra Mahkota!”

Petugas yang ada di hadapan Myungsoo terkekeh. Ia mendekati Myungsoo dan menepuk-nepuk pundaknya dengan keras. “Sudah kubilang juga lebih baik kau pergi. Kau mengganggu jalannya interogasi dan aku tak akan segan-segan untuk menghukummu!”

“KALAU BEGITU AKU AKAN MENGHUKUMMU KARENA TIDAK MENGINDAHKAN PERINTAH DARI PUTRA MAHKOTA!”

Baik Myungsoo maupun petugas yang ada disana terkejut mendengar suara seorang pemuda dengan jubah birunya yang tiba-tiba menyahut perkataan si petugas. Sontak semua orang yang ada di sana membungkukkan tubuhnya pada si pemuda yang baru saja datang, Putra Mahkota Lee Howon.

“Pengawal Kim, bukankah aku memerintahkanmu untuk menghentikan interogasi ini?” ucap Howon sambil menatap Myungsoo.

Ne, Choha. Saya sudah memberitahukannya pada petugas interogasi,” jawab Myungsoo.

Dengan senyum tipis Howon memindahkan pandangannya pada petugas yang kini berada di samping Myungsoo. “Apa kau sudah menerima perintahku yang kusampaikan lewat pengawalku Kim Myungsoo?”

Ne? Eung… Ne, Choha,” jawab si petugas dengan gelagapan.

Mendengar jawaban yang dilontarkan petugas membuat senyum yang terukir di bibir Howon seketika menghilang. “Lalu mengapa interogasi masih dilaksanakan dan bahkan kalian tetap melanjutkan hukuman pada gadis itu!” kata Howon tajam. “Apa kalian tidak mau mematuhi perintahku hanya karena aku seorang Putra Mahkota? Bukan Raja? Begitukah?”

Animnida, Choha.”

“Ah, kalian pasti menganggapku remeh karena aku masih muda.”

Animnida, Choha!”

“KALAU BEGITU CEPAT HENTIKAN SEMUA INI ATAU KALIAN YANG AKAN MENERIMA HUKUMAN DARIKU!”

Ne, Choha!”

….

Setelah pembatalan interogasi tadi oleh Putra Mahkota, Suzy keluar dari tempat yang beberapa hari ini menjadi tempat Ia tinggal. Lebih tepatnya penjara. Diliriknya tempat itu sekilas, lalu segera melenggang keluar dari sana. Ia melangkahkan kakinya mendekati seorang pemuda yang tak asing baginya.

“Kim Myungsoo-ssi!” panggil Suzy.

Merasa di panggil, Myungsoo pun memutar tubuhnya dan menatap Suzy yang kini tengah melangkah menghampirinya. Ia menyunggingkan senyumnya masih dengan perasaan bersalah.

“Suzy-ssi, eung… tadi.. maaf karena aku datang terlambat jadi kau harus menjalani hukuman itu,” ucap Myungsoo.

Gwaenchanseumnida, Myungsoo-ssi. Aku sudah senang karena kau dan Putra Mahkota  menolongku jadi aku bisa bebas,” balas Suzy. “Ah, ngomong-ngomong aku tidak tahu kau akan menungguku.”

Myungsoo mengerutkan keningnya. “Ne? Menunggu? Ah… Yang Mulia Putra Mahkota memerintahkanku untuk menjemputmu dan membawamu ke istana. Katanya Putri Mahkota ingin bertemu denganmu,” balas Myungsoo.

Suzy memiringkan kepalanya sedikit. “Putri Mahkota?” gumamnya. Namun sedetik kemudian Ia membulatkan kedua matanya begitu menyadari siapa yang dimaksud Myungsoo. “Krystal maksudmu? Dia sudah sadar?”

Ne. Putri Mahkota sudah sadar tadi pagi dan langsung menanyakanmu.”

Suzy mendesah pelan. “Sudah kubilang dia itu Krystal, bukan Putri Mahkota. Makanya dia mencariku begitu Ia bangun,” kata Suzy.

Myungsoo tak menjawab dan hanya terus melangkahkan kakinya hingga tanpa sadar mereka sudah sampai di suatu tempat. Suzy mengernyitkan dahinya melihat tempat yang asing di hadapannya. Ini bukan istana.

“Myungsoo-ssi, ini dimana?” tanya Suzy bingung.

Myungsoo tersenyum tipis. “Ini rumahku. Masuklah.”

Walaupun tak mengerti dengan maksud Myungsoo mengajaknya ke rumahnya, namun Suzy tetap melangkahkan kakinya mengikuti Myungsoo. “Untuk apa kita ke rumahmu? Bukannya kau bilang kita akan ke istana?” tanya Suzy.

“Benar. Tapi kau harus mengganti pakaianmu dulu,” jawab Myungsoo sambil menunjuk pakaian yang dikenakan Suzy. “Setiap orang yang masuk ke dalam istana harus memakai pakaian yang rapi. Apalagi yang akan kau temui adalah Putri Mahkota.”

Suzy mendengus pelan. “Mwoya? Bertemu Krystal saja harus mengganti pakaian dulu,” cibir Suzy.

Myungsoo menghentikan langkahnya di depan sebuah bangunan kecil yang sepertinya merupakan sebuah kamar. Suzy yang sedaritadi mengikuti Myungsoo pun ikut menghentikan jalannya.

“Sohyun-ah, ini Orabeoni!” seru Myungsoo saat Ia sudah sampai di depan pintu. Tangan kanannya mengepal dan mengetuk pintu itu perlahan.

Tok! Tok! Tok!

Beberapa detik kemudian pintu yang ada di hadapan mereka terbuka. Seorang gadis remaja dengan hanbok berwarna ungu mudanya melangkah keluar dari bangunan itu. Bibirnya membentuk seutas senyum melihat kakaknya. Namun pandangannya berubah bingung melihat seorang gadis dengan pakaian yang kumal dan rambut berantakan di belakang Myungsoo.

Orabeoni sudah pulang.. Eh? Eonnie ini siapa? Eonnie temannya Orabeoni ya?” tanya Sohyun – si gadis remaja sekaligus adik Myungsoo – pada Suzy dengan nada yang ceria. Terlihat sekali Ia begitu bersemangat dan senang melihat Suzy.

“Apa? Ah, iya,” jawab Suzy.

Myungsoo tersenyum tipis melihat adiknya yang antusias pada Suzy. “Sohyun-ah, bisa kau pinjamkan pakaianmu pada Eonnie ini?”

Sohyun menoleh pada kakaknya. “Ne,” jawab Sohyun. Ia lalu mengalihkan pandangannya pada Suzy yang masih berdiam di tempatnya. “Eonnie, kajja!” ajak Sohyun. Ia segera menarik lengan Suzy untuk mengikutinya masuk ke dalam kamar.

Myungsoo hanya menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah Sohyun.

….

Seorang pria separuh baya dengan jenggotnya yang tebal tengah menggeram kesal. Apalagi kalau bukan karena dibatalkannya pemilihan Putri Mahkota. Bahkan Ia mendengar sendiri saat raja mengeluarkan keputusan tersebut. Pria tersebut adalah salah seorang menteri di istana, Park Haejun.

Ahbeoji…”

Haejun menengokkan kepalanya ke arah pintu ruangannya yang tiba-tiba terbuka. Seorang gadis cantik – yang tengah membawa sebuah nampan dengan cawan berisi teh di atasnya – melangkah memasuki ruangan itu dan menghampiri Haejun. Melihat putri kesayangannya sontak membuat senyum Haejun mengembang.

“Jiyeon-ah, ada apa?” tanya Haejun pada putrinya.

Jiyeon duduk di hadapan ayahnya sambil meletakkan nampan itu di sampingnya, lalu menyuguhkan secawan teh pada Haejun. “Eomoni menyuruhku mengantarkan ini untuk Ahbeoji. Kata Eomoni, Ahbeoji sangat lelah jadi Eomoni membuatkan teh untukmu,” kata Jiyeon.

Haejun segera menerima cawan teh dari putrinya lalu menyeruputnya sedikit.

Ahbeoji,” panggil Jiyeon.

“Hmm…”

Jiyeon menundukkan kepalanya terlihat ragu untuk mengutarakan sesuatu pada ayahnya. Namun keterdiaman Jiyeon justru menarik perhatian Haejun hingga Ia akhirnya menatap Jiyeon.

“Ada apa?”

“Itu… apa pemilihan Putri Mahkota-nya benar-benar dibatalkan?” tanya Jiyeon.

Haejun menganggukkan kepalanya. Ia menatap Jiyeon dengan penasaran. “Ada apa, Jiyeon-ah? Apa kau kecewa karena tidak jadi menikahi Putra Mahkota dan menjadi calon ratu?” tebak Haejun.

Mendengar pertanyaan Haejun praktis membuat Jiyeon menggelengkan kepalanya. “Animnida, Ahbeoji. Aku hanya ingin bertanya,” elak Jiyeon. “Aku… akan kembali ke kamarku. Selamat malam, Ahbeoji,” pamitnya sambil melenggang pergi dari ruangan ayahnya.

Jiyeon segera memasuki kamarnya setelah menghindari pertanyaan ayahnya. Ia menghela nafas lega karena bibirnya tidak keceplosan apapun.

“Fiuhh.. untung Ahbeoji tidak tanya-tanya lagi. Ahbeoji bisa tahu nanti.”

….

Suzy melihat pantulan wajah yang ada di dalam cermin. Wajahnya kini tak sekucel tadi. Pakaiannya pun sudah berganti menjadi pakaian yang lebih baik. Setidaknya Ia tidak harus memakai hanbok yang Ia pakai sejak kemarin.

“Wah… yeppuda. Eonnie cocok sekali memakai hanbok milik Eomoni,” puji Sohyun.

Suzy tersenyum ragu pada Sohyun. “Tidak apa-apa jika aku memakai ini? Ayahmu tidak akan marah aku memakai pakaian milik ibumu?” tanya Suzy.

Sohyun mengibaskan telapak tangannya. “Tidak akan. Lagipula kalau pakai hanbok-ku terlalu kecil untuk Eonnie.”

Beberapa saat kemudian, Suzy dan Sohyun keluar dari kamar lalu menghampiri Myungsoo yang tengah duduk dengan mata terpejam sambil bersandar pada kayu penyangga di depan kamar Sohyun. Sohyun mendekati Myungsoo lalu membangunkannya.

Orabeoni…” panggilnya.

Myungsoo membuka kelopak matanya lalu menatap Sohyun. “Sudah?”

Sohyun mengangguk. “Ne, aku sudah membuat Eonnie kembali cantik,” celetuk Sohyun.

Mendengar perkataan Sohyun sontak membuat Myungsoo menolehkan kepalanya pada Suzy yang berdiri di belakang Sohyun. Kelopak matanya tak berkedip menatap Suzy yang terlihat cantik memakai hanbok oranye milik ibunya.

 “Sebaiknya kita segera ke istana. Krystal pasti sudah menungguku,” kata Suzy saat menyadari Myungsoo yang tak bergeming di tempatnya.

Ehem,” Myungsoo berdeham pelan. Ia kemudian beranjak dari duduknya. “Ayo…”

Suzy menolehkan kepalanya pada Sohyun. “Sohyun-ah, Eonnie pergi dulu ya.”

Ne. Eonnie, sering-sering kemari ya!”

….

Krystal membulatkan matanya setelah mendengar apa yang dikatakan Suzy baru saja.

“Apa? Jadi ini benar-benar nyata? Kita berada di Joseon?” tanya Krystal memastikan. Ia masih tak percaya dengan apa yang telah terjadi pada dirinya dan Suzy. Terlempar ke masa Joseon setelah sebuah gempa yang tiba-tiba terjadi? Dunia macam apa ini?

Jinjjayo! Mana mungkin aku berbohong…. kau pikir aku percaya dengan semua ini?”

Krystal terdiam. Benar. Untuk apa Suzy membohonginya.

Geunde… kenapa aku bisa menjadi Putri Mahkota? Kau tahu? Orang-orang memanggilku Putri Mahkota… Yang Mulia… Soojung-ah! Mereka juga bilang akan menghukummu. Apa kau baik-baik saja?” cerocos Krystal.

Eoh, nan gwaenchanha. Hanya sedikit pegal karena tidur di penjara dan interogasi kemarin,” jawab Suzy.

Krystal mendesah pelan. “Sebenarnya kenapa mereka menghukummu?”

Molla. Mereka bilang aku telah menculikmu yang mereka anggap Putri Mahkota.”

Lagi-lagi Krystal mengeluarkan desahan pelan setelah mendengar itu. “Mianheyo. Coba saja aku sadar lebih awal. Kau pasti tidak akan dipenjara dan mengalami interogasi itu,” ucap Krystal.

Suzy tersenyum tipis. “Gwaenchanha. Setidaknya kau sadar tepat waktu jadi aku tak harus dihukum,” celetuk Suzy.

“Eish.. sulit sekali dipercaya!”

Suzy yang mendengar gerutuan Krystal jadi memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Ia juga masih tak mengerti dengan semua ini. Mengapa Ia tiba-tiba terlempar ke suatu masa yang tak pernah diduganya? Joseon? Konyol sekali. Bukankah seharusnya Ia ada di Seoul, tepatnya di Istana Changdeokgung saat Joseon’s Festival.

“Mama, Yang Mulia Putra Mahkota ingin menemui Anda!”

Krystal membulatkan kedua matanya saat tiba-tiba mendengar seruan dayangnya dari luar kamar.

Ya! Putra Mahkota itu datang,” kata Krystal.

Belum sempat Krystal menjawab pada dayangnya untuk mempersilahkan Howon masuk ke kediamannya pemuda itu sudah memasuki ruangan dengan sendirinya. Tanpa Kasim Hong dan pengawal pribadinya, Kim Myungsoo.

Krystal memasang senyum canggungnya pada Howon saat pemuda itu menyunggingkan senyum padanya. Sedangkan Suzy membungkukkan tubuhnya pada Howon. “Saya akan keluar,” kata Suzy sambil melangkahkan kakinya keluar ruangan tanpa mengindahkan kode dari Krystal untuk tetap tinggal.

….

Langit bersemburat jingga mewarnai sore itu yang mulai berganti malam. Matahari berarak ke barat menyisakan seberkas sinar yang cukup untuk menerangi dunia. Burung-burung pun berterbangan di angkasa, melayang untuk kembali ke sangkarnya.

Dua orang tengah berjalan di salah satu jalan tanpa ada satupun yang membuka suara.

Myungsoo,

Dan Suzy.

“Ehem.” Suzy berdeham pelan untuk memecah keheningan. Diliriknya Myungsoo yang rupanya juga tengah meliriknya. Buru-buru Ia palingkan pandangannya dari pemuda itu.

“Jadi aku harus mengantarmu kemana?” tanya Myungsoo.

Suzy menghentikan langkahnya. Ia menoleh pada Myungsoo yang ikut berhenti. “Mengantar kemana memangnya?” tanyanya membalikkan pertanyaan Myungsoo.

“Pulang. Tentu saja.”

Suzy termenung. Pulang? Pulang kemana? Bisa sampai di Joseon saja Ia tak tahu bagaimana caranya, apalagi pulang ke rumah. Lagipula boro-boro mencari rumahnya, kakeknya saja pasti belum lahir  di jaman ini. Lalu bagaimana Ia bisa pulang?

“Aku.. tidak tahu harus kemana,” jawab Suzy.

“Apa?”

“Sudah kubilang kan kalau Krystal adalah temanku. Kami berasal dari suatu tempat yang jauh dan tak tahu caranya untuk pulang.”

Myungsoo terdiam sejenak. Ia kemudian memandang Suzy. “Kalau begitu ikut aku!”

Kening Suzy berkerut samar. Kemana pemuda ini akan membawanya? Tak mungkin kan Myungsoo akan membawanya ke rumah-rumah gisaeng – seperti yang ada di drama-drama – yang Ia lupa apa nama tempatnya. Mendapati pemikiran seperti itu menghampiri kepalanya membuat Suzy segera menepis pemikiran konyol itu.

“Kita akan kemana?”

“Rumah.”

“Rumah?”

Ne, aku akan mengajakmu ke rumahku.”

….

Suzy terbangun dari tidurnya saat merasakan pergerakan di sekitarnya. Matanya terbuka perlahan dan menangkap sosok berhanbok kuning yang entah tengah melakukan apa tak jauh dari tempatnya tidur.

“Sohyun?”

Gadis berhanbok yang merupakan Sohyun itu sontak mengalihkan pandangannya pada Suzy. Kedua sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman tipis. “Eonnie, kau bangun?” sapa Sohyun.

Suzy menganggukkan kepalanya pelan. Ia kemudian menghampiri Sohyun yang rupanya tengah menyetrika. “Sekarang jam berapa?” tanya Suzy.

Sohyun mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan yang dilontarkan Suzy. “Jam? Apa itu?”

Suzy merutuk dalam hati. Ia baru ingat kalau Ia berada di jaman Joseon sekarang, bukan jaman modern. Mana ada jam di Joseon? Ia kemudian menyunggingkan senyumnya dengan kaku. “Jam? Apa aku bilang begitu? Aku bertanya, ‘sekarang sudah pagi belum?’,” kata Suzy.

“Ah.. benarkah? Mungkin aku salah dengar,” sahut Sohyun. “Sekarang masih begitu pagi. Matahari juga belum tampak.”

“Apa kau selalu bangun sepagi ini?” tanya Suzy.

Sohyun menggelengkan kepalanya pelan. “Tidak. Aku hanya bangun pagi untuk menyetrika, tapi tidak setiap hari.”

Suzy menganggukkan kepalanya.

Eonnie,” panggil Sohyun membuat Suzy menoleh pada gadis itu. “Aku senang Ahbeoji mengijinkan Eonnie tinggal disini. Selama ini aku ingin sekali punya kakak perempuan tapi yang kupunya hanyalah Orabeoni. Belum lagi saat Eommoni pergi, aku jadi perempuan sendiri di rumah.”

Suzy tersenyum tipis. “Aku juga senang.”

Sohyun meletakkan setrikanya lalu menggeser duduknya mendekati Suzy. “Eonnie, bagaimana Eonnie bisa kenal dengan Myungsoo Orabeoni?” tanya Sohyun.

“Itu… karena suatu hal aku jadi mengenal Oppa-mu,” jawab Suzy sambil mengingat saat Ia meminta bantuan Myungsoo karena Krystal yang tak kunjung sadar.

“Apa yang kau lakukan?”

“Apa?”

“Kau, apa yang kau lakukan? Beraninya kau menyentuhku!”

Kedua alis Suzy bertaut saat ingatannya melayang pada pertemuan pertamanya dengan Myungsoo. Ia ingat Ia pernah bertemu Myungsoo sebelumnya. Bukan di Joseon. Tapi di Seoul, di tahun 2015.

Pupil mata Suzy melebar saat menyadari sesuatu.

Solma… Myungsoo juga pernah melintasi waktu sepertiku?

….

Ibu Suri Park tengah mengurut pelipisnya saat pagi ini tiba-tiba Menteri Park datang ke istana untuk menemuinya. Park Haejun pun membungkukkan tubuhnya pada Ibu Suri sebelum beranjak duduk di hadapan wanita tua itu.

“Ada apa lagi, Menteri Park?” tanya Ibu Suri. Ia sudah cukup pusing dengan kembalinya putri mahkota yang tiba-tiba dan sekarang Menteri Park juga ingin menemuinya.

Jwesonghamnida, Mama. Ada yang ingin saya bicarakan,” kata Haejun.

Ibu Suri menatap Haejun. “Apa lagi? Kalau kau mau membahas masalah dibatalkannya pemilihan putri mahkota, lebih baik kau pulang saja. Aku tidak ingin meladeni protesmu itu,” ujar Ibu Suri Park.

Animnida, Mama. Saya hanya ingin menyampaikan sesuatu yang menurut saya janggal sekali.”

“Apa maksudmu?”

Mama, Putri Mahkota yang sekarang… bukanlah Putri Mahkota yang sebenarnya.”

Kedua mata Ibu Suri melebar. Ia menatap Haejun tak mengerti. “Jangan bercanda, Menteri Park! Aku sudah melihat Putri Mahkota dengan mata kepalaku sendiri bahkan aku yang melihatnya bangun untuk pertama kali!”

Jwesonghamnida, Mama. Tapi saya baru saja mendapatkan surat balasan yang saya kirimkan pada anak buah saya beberapa hari yang lalu. Mereka bilang tidak ada yang terjadi dengan Putri Mahkota. Ia masih tak sadarkan diri disana,” jelas Haejun.

“Apa yang kau bicarakan? Jelas-jelas aku melihat gadis itu bangun di kediamannya!”

“Bukan begitu. Saya tidak bermaksud menyalahkan Anda, Mama. Hanya saja saya merasa aneh dengan Putri Mahkota yang tiba-tiba kembali ke istana sedangkan salah satu anak buah saya mengatakan kalau Putri Mahkota masih belum sadarkan diri sejak pertama kali kita membawa dan menyembunyikannya.”

Ibu Suri Park terdiam. Benar apa yang dikatakan Menteri Park Haejun. Bukankah Ia yang membuat Putri Mahkota menghilang? Lalu kenapa tiba-tiba saja Ia bisa kembali? Tak mungkin Ia tak tahu jika Putri Mahkota yang seharusnya ada padanya menghilang begitu saja.

“Menteri Park, awasi dan cari tahu tentang Putri Mahkota yang ada di istana sekarang!” perintah Ibu Suri Park. “Dan juga cari tahu tentang gadis yang saat itu bersama Putri Mahkota. Gadis yang dituduh menculik Putri Mahkota itu. Aku yakin Ia mengetahui sesuatu.”

Haejun membungkukkan tubuhnya. “Ne, Mama….”

….

“Kim Myungsoo juga pernah melintasi waktu seperti kita?” pekik Krystal tertahan.

Suzy menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan yang keluar dari bibir Krystal. Mereka berdua kini tengah berada di kediaman Putri Mahkota. Ia kemudian menggeser duduknya mendekati Krystal.

“Kau juga tidak percaya kan? Aku saja masih tidak menyangka,” kata Suzy.

Krystal mendesah pelan. “Molla. Aku saja masih tidak percaya dengan apa yang terjadi padaku apalagi pada Kim Myungsoo itu. Kau tahu, aku harus berpura-pura sebagai Putri Mahkota di hadapan orang-orang. Dan itu membuatku muak sekali. Belum lagi saat bertemu Putra Mahkota Howon. Astaga.. sepertinya dia benar-benar mencintai istrinya. Bahkan dia menaruh dua penjaga di depan kamarku! Katanya takut aku menghilang lagi. Mwoya? Memangnya kemana si Putri Mahkota itu. Kenapa harus aku yang menggantikannya?” cerita Krystal mengeluarkan unek-uneknya dengan wajah tertekuk.

Suzy terkekeh pelan. “Kau harus sabar ya… untunglah bukan aku.”

“Eish.. aku ingin keluar dari sini. Suzy-ah, bisa kau keluarkan aku dari istana? Ayolah…” rajuk Krystal.

Kedua mata Suzy melotot. “Ya! Aku baru saja terbebas dari hukuman dan sekarang kau mau membuatku dihukum lagi? Neo jugulle?”

“Menyebalkan..”

Tiba-tiba,

“Mama, Yang Mulia Putra Mahkota ingin menemui Anda!”

Krystal memutar bola matanya kesal. Raut mukanya semakin malas ketika mendengar teriakan khas dayang istana yang menyatakan kedatangan Putra Mahkota. “Jinjja! Kenapa dia selalu saja mengganggu kita sih? Aku kan belum selesai cerita padamu, Suzy-ah,” gerutu Krystal.

Ya! Dia bisa marah kalau mendengarmu menjelek-jelekkannya.”

“Biarkan saja!”

Cklek…

Pintu kamar Soojung terbuka, menampilkan sosok gagah dengan jubah birunya. Senyum cerah terukir di wajahnya saat melihat Krystal.

“Soojung-ah…” sapa Howon.

Dengan senyum geli karena melihat wajah Krystal yang ditekuk, Suzy pun pamit undur diri dan segera keluar dari ruangan Putri Mahkota.

….

Suzy berjalan beberapa langkah di belakang Myungsoo. Sesekali diliriknya pemuda itu. Karena terlalu berpikir keras tanpa sadar langkah kaki Suzy menjadi tertinggal jauh oleh Myungsoo membuat pemuda itu berdecak pelan.

“Bae Suzy, cepatlah…”

Suzy segera mempercepat langkahnya hingga menyamai langkah Myungsoo. Ia menoleh ke arah Myungsoo sebentar, kemudian kembali melihat ke depan. Sedetik kemudian Ia kembali menatap Myungsoo. “Myungsoo-ssi, ada yang ingin kutanyakan padamu,” ujar Suzy.

Myungsoo menolehkan kepalanya ke arah Suzy. “Apa?”

Suzy terdiam sejenak. Ia terlihat ragu akan menanyakannya atau tidak.

“Kau mau tanya apa?” tanya Myungsoo, mengulangi pertanyaannya sebelumnya karena Suzy tak kunjung mengeluarkan suara.

“Itu… apa kau pernah pergi ke masa depan?” tanya Suzy.

Kedua alis Myungsoo tertaut mendengar pertanyaan aneh Suzy. Ke masa depan? Apa maksud gadis itu? Keningnya semakin berkerut saat dilihatnya Suzy tengah menatapnya penuh tanya.

“Masa depan apa maksudnya?”

Suzy mendesah pelan. Ia pikir Myungsoo terdiam karena mencoba mengingat-ingat, rupanya pemuda itu tidak paham maksud dari pertanyaannya. “Masa depan… maksudku kau bisa tiba-tiba berada di jaman modern. Mungkin 10 tahun yang akan datang, 50 tahun, atau ratusan tahun berikutnya. Pernah?”

Myungsoo menggelengkan kepalanya.

Gerakan kepala Myungsoo praktis membuat Suzy kebingungan. Kalau tidak pernah, lalu siapa yang waktu itu ditemuinya di masa depan? Hantu Kim Myungsoo? Memikirkannya saja sudah membuat Suzy merinding.

“Kenapa memangnya?” Kali ini Myungsoo yang bertanya.

“Kita pernah bertemu sebelumnya, ingat?” tanya Suzy mencoba membuat Myungsoo mengingat pertemuan mereka. “Kita bertemu di istana, di kediaman Putra Mahkota Lee Howon.” Lanjutnya.

Myungsoo menatap Suzy bingung. “Itu… aku memang merasa pernah bertemu denganmu sebelumnya. Tapi… bukankah itu mimpi? Kupikir aku hanya bermimpi saat itu. Kita benar-benar bertemu?”

Suzy menganggukkan kepalanya dengan antusias. “Eoh, apa kau mengalami gempa?”

“Gempa… apa itu?”

“Itu.. tanah bergoyang-goyang.”

Myungsoo mengerjapkan matanya berkali-kali. “Darimana kau tahu itu? Siapa kau sebenarnya?”

Suzy tersenyum simpul. “Ah, jadi benar kalau kau pernah ke masa depan,” ujar Suzy. “Dan kau sudah tahu aku kan, aku Bae Suzy. Sebenarnya… aku dari masa depan, enam ratus tahun yang akan datang adalah tahun dari mana aku berasal.”

“Kau ini bicara apa?”

“Aku benar-benar dari masa depan.”

“Terserah kau saja.”

Suzy mendengus pelan karena Myungsoo justru mengabaikan ceritanya mengenai darimana Ia berasal. Padahal Ia ingin menanyai bagaimana cara pemuda itu kembali ke jamannya setelah terdampar di masa depan.

Ia pun kembali melanjutkan langkahnya, menyusul Myungsoo yang sudah beberapa langkah di depannya.

Tiba-tiba langkah kaki Suzy terhenti. Ada sebuah suara yang tertangkap gendang telinganya. “Ini.. seperti suara gayageum. Darimana asalnya ya?” gumam Suzy sambil melongokkan kepalanya.

Tap.

Tap.

Tap.

Tanpa sadar, langkah kaki Suzy justru berjalan ke arah yang berbeda dengan Myungsoo. Ia terus berjalan mencari sumber suara dari alat musik yang sudah sangat dikenalnya itu.

Suzy menghentikan langkahnya. Di hadapannya berdiri sebuah pagar dengan pintu kayu yang sedikit terbuka. Ia pun mendekati pintu rumah itu, mencoba mengintip dari celah pintu yang tak tertutup rapat. Matanya berbinar melihat seorang gadis dengan hanbok berwarna putih tulang tengah memainkan gayageum dengan indahnya.

“Bae Suzy, apa yang kau lakukan disana?”

Mendengar suara yang memanggil namanya praktis membuat Suzy berbalik. Ia terkejut mendapati Myungsoo yang tengah menatapnya.

“Aku? Aku… aku hanya sedang mendengar musik,” jawab Suzy.

“Ishh.. kau ini. Kenapa tiba-tiba pergi begitu saja? Kalau kau hilang bagaimana? Memangnya kau tahu arah pulang?” omel Myungsoo. Suzy hanya menundukkan kepalanya sambil menggerakkannya ke kanan dan kiri dengan pelan.

“Maaf, aku hanya penasaran karena tiba-tiba aku mendengar suara gayageum,” ucap Suzy.

Myungsoo menghela nafas pelan.

“Chogiyo…”

Baik Myungsoo maupun Suzy langsung menolehkan kepala mereka saat tiba-tiba ada yang menyela percakapan mereka berdua. Dilihatnya gadis pemain gayageum tadi kini tengah berdiri di luar rumah, di hadapan Suzy dan Myungsoo.

Jwesonghamnida karena kami mengganggu Anda,” ucap Myungsoo sambil membungkukkan tubuhnya.

Gadis pemain gayageum itu tersenyum tipis. “Tidak apa-apa. Aku hanya penasaran karena tiba-tiba mendengar suara dari luar rumah. Dan juga aku tak sengaja mendengar kalian membicarakan gayageum,” kata gadis itu.

“Ah.. itu… eung.. aku hanya penasaran dengan siapa yang memainkan alat musik. Permainannya bagus sekali. Aku sangat menyukai gayageum jadi tanpa sadar aku mengintip Anda. Jwesonghamnida,” balas Suzy.

“Kau pemain gayageum? Benarkah?”

Suzy menganggukkan kepalanya pelan. “Ne, keluarga saya menyukai alat musik tradisional terutama gayageum,” jawab Suzy.

“Wah.. senangnya. Keluargaku juga banyak yang merupakan pemusik. Hanya saja aku dan ayahku lebih menyukai gayageum dibanding alat musik lainnya.”

.

.

Myungsoo mengerutkan keningnya saat melihat kedua gadis di hadapannya kini justru asyik membicarakan musik, seni, gayageum, dan sebagainya yang Ia sendiri tak mengerti tentang itu sama sekali.

“Ah, ngomong-ngomong aku belum tahu namamu. Aku Bae Joohyun.” kata si gadis pemain gayageum.

Kedua sudut bibir Suzy terangkat membentuk senyuman lebar. “Wahh.. kita punya marga yang sama. Aku juga dari keluarga Bae. Namaku Bae Suzy, dan dia adalah Kim Myungsoo,” balas Suzy masih dengan senyum lebarnya.

Myungsoo membungkukkan tubuhnya sedikit. “Kim Myungsoo imnida.”

Berbeda dengan Suzy yang terlihat antusias, Joohyun – gadis pemain gayageum – justru terdiam mendengar perkataan Suzy. Ia menatap Suzy dalam. “Kau… benar-benar dari keluarga Bae?” tanyanya.

Ne.”

“Tidak mungkin.”

Seketika senyum Suzy memudar saat melihat raut tak enak dari Joohyun. “Waeyo?”

“Tidak mungkin kau berasal dari keluarga Bae. Di Joseon, kata ahbeoji, hanya kami satu-satunya keluarga Bae yang tersisa dan diketahui keberadaannya. Kau benar-benar dari keluarga Bae?”

Ne?”

….

TBC

….

Maaf ya kalau update-nya lama banget. Aku lagi ngumpulin mood buat nulis lagi. Sebenernya chapter ini udah selesai lama banget (di wattpad aku juga udah aku update) tapi aku lagi nggak mood aja buat ngelanjutin jadi mau ngirim juga agak males (email-ku sering error juga bikin sebel). Tapi semalem mood aku berhasil balik jadi aku putusin kirim sekarang.

Sebenernya selain karena mood juga karena aku lagi seneng lihat variety show dsb jadi ‘keteteran’ deh ff-nya. Sekali lagi maaf ya *bow*. Buat reader yang mau nunggu makasih banget. Yang udah rcl di chapter sebelumnya juga makasih yaaa…

Sama nggak tahu kenapa pengen aja ngucapin ini, selamat ya buat uri leadernim Kim Sung Kyu atas 2nd win-nya! Kontrol ataupun The Answer semuanya bener-bener nempel di kepalaku!

Oke terakhir, jangan lupa RCL reader! 🙂

79 responses to “[Freelance] New Destiny Chapter 7

Comment, Please!